Sudah lama, saya berkenalan dengan Liu Yizhe. Pertama kali saat masih menjadi ketua bidang urusan luar negari di Kadin Jabar, Ia bertandang menemui saya, untuk keperluan recruitment tenaga kerja ke Jepang. Tetapi baru terkahir ini mengenal lebih dalam siapa gerangan beliau itu. Lahir di Beijing 60 tahun yang lalu. Tetapi sukses karir businessnya justru di Jepang. Ia masuk ke Jepang, saat usia 23 tahunan, dengan uang yang tersisa dikantungnya hanya sekitar 8000 yen atau sama dengan Rp 960.000. Nekad nian.
Ia kini tinggal di Oita, sejak April 1991. Dikota inilah ia membangun kerajaan businessnya, keseluruh penjuru dunia, dalam berbagai bidang.
Namun Liu saat ini, bisa meperkerjakan orang Jepang, Orang Indonesia dan bangsa-bangsa lain di perusahaanya. Ia mengembangkan berbagai macam businessnya. Usahanya merambah keberbagai bidang, dari mulai makanan untuk binatang peliharaan, produk makanan halal, restaurant China, import-export, dan termasuk merecruitmen tenaga kerja, dari berbagai Negara, pun dari Indonesia. Ia juga aktif diberbagai Medsos. Setiap postingannya selalu menarik, yang tak kalah cerdik dari para journalist, dalam menulis kalimat dan menampilkan photo-photonya.
Belum lama ini, kami berdua, melakukan perjalanan ke Pulau Komodo. Banyak pelajaran dari pengalaman yang Ia tuturkan, berkaitan dengan idea-idea businessnya. Satu diantaranya adalah soal mengiport ratusan ular untuk peliharaan dari Amerika ke Jepang. Liu katakan, bahwa ketika ular-ular itu tiba di Jepang, Ia menjualnya dengan harga yang tidak membuat dia untung, alias rugi. Rekan-rekannya, mengatakan sebagai hal yang tidak masuk akal (Unusual Business). Tetapi Liu menyampaikan kepada saya, bahwa di Jepang UU nya melarang membunuh binatang peliharaan (Pet). “Jadi artinya binatang-binatang itu harus tetap diberi makan”, ujarnya.
Diatas saya tulis, bahwa salah satu businessnya yang besar di Jepang adalah menyediakan berbagai makanan untuk Pet (binatang peliharaan). Saya pernah di kasih bocoran data, dalam sehari saja, jumlah penjualan dari makanan Pet itu hingga 2 Juta Yen atau ekuivalen dengan Rp 240.000.000.- Itu baru dari satu bidang usaha saja.
Recruitment tenaga asing untuk diperkerjakan di jepang, telah ia lakukan puluhan tahun yang lalu. Tenaga asing yang ia proses hingga bisa bekerja di Jepang datang dari China, Vietnam, Kamboja, Sri-Lanka, dan tentu saja dari Indonesia. Ia ingin tenaga kerja dari Indonesia, lebih besar jumlahnya yang bisa bekerja di Jepang. Dikatakan, market jepang untuk tenaga kerja Indonesia cukup besar karena orang Jepang suka dengan karakter pekerja orang Indonesia.
Hal yang menarik juga, Ia menjual produk-produk Halal di Jepang. Salah satunya antara lain “daging sapi”. Rupanya business Halal Food tersebut, bukan sekedar hanya untuk profit oriented. Rupanya leluhurnya Liu (orang tua keatas) adalah penganut agama Islam di China.
Setelah pulang dari Pulau Komodo, beliau menghubungi saya lagi melalui komunikasi di Line. Ia menyampaikan dengan serious untuk mendirikan Yayasan. Pengalaman selama di Pulau Komodo, ia melihat banyak sampah plasik di laut dan di Pulau Komodo. Kambing-kambing yang berkeliaran di Pulau, juga memakan sampah-sampah kertas. Ia ingin berbuat sesuatu untuk kelestarian komodo dan lingkunganya. Salah satu yang ia ingin jaga adalah, tidak terjadi pendirian business hotel di pulau-pulau yang hidup disana Komodo, ujarnya.