ENERGYWORLD.CO.ID – Lituania telah menetapkan target untuk memisahkan diri dari jaringan listrik Rusia pada awal 2025, mengakhiri tiga dekade ketergantungan pada Moskow, lapor Reuters.
“Sebagai kompromi, kami setuju untuk mendekatkan tenggat waktu ini satu tahun. Jadi, berangkat pada awal 2025,” kata Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas,” kepada Reuters pada pertemuan puncak NATO di Vilnius pekan lalu.
Dikutip dari oilprice,com, Kami melihat apa yang terjadi di Ukraina, di mana orang terbunuh dan bom terus berjatuhan – saya pikir itu bukan pilihan yang tepat untuk tetap bekerja sama dengan agresor hanya karena ini menghemat beberapa sen,” Rokas Masiulis, ketua dari Operator jaringan listrik Lithuania, Litgrid, mengatakan kepada wartawan pada hari Senin.
Banyak negara barat terus menjauhkan diri dari Rusia dengan berbagai tingkat keberhasilan. Eropa, pelanggan terbesar Rusia untuk sebagian besar komoditas energi, terutama gas alam. Telah secara dramatis mengurangi impor pasokan energi Rusia setelah invasi besar-besaran ke Ukraina. Ekspor gas dari Gazprom ke Swiss dan UE turun 55% pada 2022, perusahaan milik negara melaporkan awal bulan ini.
Amerika Serikat telah menghentikan semua impor minyak dari Rusia tetapi masih membeli sebagian besar uranium yang diperkaya dari Rusia.
Tetapi Rusia sendiri juga bergantung pada tetangganya untuk infrastruktur penting. Gazprom telah mempertahankan aliran gas ke Eropa melalui titik Sokhranovka meskipun sengketa transit sedang berlangsung dengan Naftogaz Ukraina . Arus transit Ukraina tetap stabil sedikit di atas 40 juta meter kubik per hari menurut data dari Gazprom, seperti dilansir Energy Intelligence.
CEO Gazprom Alexei Miller sebelumnya mengancam akan menjatuhkan sanksi pada Naftogaz karena terus mengejar kasus arbitrase untuk tidak membayar biaya transit oleh Gazprom. Menurut Naftogaz, “dana tidak dibayarkan oleh Gazprom, baik tepat waktu maupun penuh” untuk transit gas. Tahun lalu, Ukraina menangguhkan aliran gas melalui Sokhranovka, yang menyalurkan hampir sepertiga bahan bakar yang disalurkan dari Rusia ke Eropa melalui Ukraina. EDY/EWI