ENERGYWORLD.CO.ID – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menjelaskan di tengah pencapaian target transisi energi dan pengurangan emisi global seluruh negara-negara anggota ASEAN sepakat bahwa ketahanan energi di atas segalanya yang antara lain diwujudkan dengan membangun konektifitas antar negara ASEAN. 4 (empat) perusahaan listrik ASEAN duduk bersama membahas peluang interkoneksi sistem antarnegara ini.
“Tagline energi ASEAN memuat tiga pilar energi: transmisi, keamanan, dan interkonektivitas. Pilar-pilar ini mewakili tantangan utama kami dalam mempercepat konektivitas energi untuk mencapai pertumbuhan ASEAN yang berkelanjutan,” ujar Arifin di acara ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) ke- 41 di Bali, Kamis (24/8).
Membuat sistem interkoneksi kelistrikan, lanjut Arifin, menjadi fokus pembahasan dalam pertemuan menteri energi se-ASEAN kali ini. Sistem interkoneksi ini bisa menjadi tulang punggung (backbone) jika suplai listrik di suatu wilayah berlebih, maka dapat dialirkan sesuai dengan kebutuhan kawasan.
“Untuk mewujudkan hal ini, kami akan meningkatkan interkonektivitas melalui Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) dan ASEAN Power Grid (APG) untuk energi ASEAN yang berkelanjutan,” lanjut Arifin.
Menindaklanjuti hasil pertemuan AMEM tersebut, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, sistem interkoneksi di ASEAN bukan hal yang baru bagi PLN. Indonesia dan Malaysia sudah membuat langkah agresif dengan menghubungkan sistem Kalimantan dengan Sabah. Namun, pengembangan interkoneksi ini memang perlu dilakukan apalagi di tengah tantangan pengembangan energi bersih.
“Dengan adanya perencanaan yang ambisius mengenai pengembangan pembangkit EBT dalam skenario Transisi Energi Indonesia, maka inisiatif ini juga mampu meningkatkan pasokan dan permintaan di sektor kelistrikan,” ujar Darmawan.
Meski bukan hal yang asing, namun untuk mewujudkan sistem interkoneksi antar negara ini bukanlah perkara mudah, ada tantangan dari sisi kebijakan, teknis maupun komersial. Namun tantangan tersebut bukanlah hal yang mustahil jika semua pihak mempunyai semangat yang sama.
“Pertanyaannya adalah bagaimana kita akan mewujudkan rencana ini. Kita membutuhkan suatu semangat kolaborasi, persatuan, dan kesejahteraan bersama,” terang Darmawan.
Darmawan menambahkan semangat untuk duduk bersama mewujudkan ketahanan energi di kawasan ASEAN merupakan langkah yang baik. Apalagi, ASEAN merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dunia yang cukup kuat.
“Pertemuan ini juga akan memperkuat hubungan antar negara ASEAN yang terlebih dahulu terfragmentasi menjadi satu kesatuan yang solid. Saya yakin dengan semangat kolaborasi ini, kita bisa menghadapi segala tantangan yang ada bersama-sama, hanya ada satu arah, yaitu maju,” tambahnya.
Sementara itu Presiden dan Chief Executive Officer Tenaga Nasional Berhad Dato’ Indera Ir. Baharin menyambut baik kerja sama ini. Menurutnya, rencana interkoneksi sistem listrik ini merupakan peluang investasi ke depan. Meski membutuhkan alokasi anggaran yang tidak sedikit, namun dengan kolaborasi yang kuat maka bisa menjadi peluang yang menguntungkan bagi seluruh negara.
“Iklim investasi yang menarik, dan juga daya tarik secara pengembalian modal menjadi tantangan tersendiri. Meski memang model interkoneksi ini sukses diterapkan di Eropa. Peluang kolaborasi ini akan bisa ditingkatkan,” terang Baharin.
Menindaklanjuti hal tersebut 4 (empat) perusahaan listrik ASEAN yang hadir dalam pertemuan AMEM kali ini yakni, Perusahaan Listrik Negara (PLN), Tenaga Nasional Berhad, perusahaan listrik asal Malaysia.
Electricite du Laos, perusahaan listrik asal Laos dan perusahaan listrik asal Thailand, Electricity Generating Authority of Thailand (EGAT) duduk bersama untuk membahas peluang pengembangan sistem interkoneksi listrik antar negara.
PT PLN (Persero) dengan tiga perusahaan listrik asal Malaysia, Laos dan Thailand membahas peluang adanya sistem interkoneksi listrik antar negara-negara ASEAN. Penjajakan awal ini dilakukan untuk mendukung semangat dalam menjaga ketahanan energi di ASEAN. EDY/EWI
Sumber: ESDM