Oleh Memet Hakim
Pengamat Sosial & Pertanian, Wanhat APIB
ENERGYWORLD.CO.ID – Kondisi pada saat puncak kemarau tahun ini akan seperti kekeringan pada tahun 2019 meski tidak akan separah tahun 2015, ketika diperburuk dengan luasnya areal kebakaran hutan dan lahan. “Memang kalau kita lihat di lapangan sungai-sungai sudah mulai mengering, tapi kalau dilihat secara global intensitas atau tingkat El Nino di Indonesia ini relatif rendah. Kita diuntungkan karena masih punya laut”.
Ini adalah fenomena global yang terjadi tidak hanya di india, tetapi juga di negara lain seperti India, Thailand, dan Vietnam. Karena kita levelnya paling rendah sehingga dampaknya tidak akan separah di negara lain Dwikorita K, (CNN Indonesia, 2023).
Musim Kemarau Panjang tahun 2023 ini sudah merasakan dampaknya, kali dan situ, embung mulai mengering, bahkan danau sebesar Jatiluhur juga Septembet 2023, sudah tampak dasarnya. Para ahli iklim tentang semua pertengkaran dengan nama El Nino yang di Yunani merupakan nama Wanita rupawan nan cantik, tapi di dalam Bahasa Ibrani merupakan nama lelaki yang mulia dan berakal, di Inggris berarti Pemimpin yang bijaksana, nama Islam & Persia yang berarti seorang lelaki yang ucapannya dapat dipegang, di Italia merupakan nama tentatang kebaikan Tuhan.
Akan tetapi dimata para ahli Klimatologi menjadi nama yang menyeramkan, bisa menjadi penyebab kemarau panjang dan kebanjiran..Daru uraian para ahli klimatologi dari BMKG, Defisit air tahun 2023 ini diperkirakan antara 300-750 mm, artinya tanaman padi banyak yang gagal panen, gagal tanam, tananam jagung yang biasanya bisa 3 x tanam menjadi hanya 2 x tanam.
Tanaman tebu & kelapa sawit akan menurunkan produktivitasnya sampai 40-50%. Akan tetapi jika air tersedia maka turun produksinya tidak memisahkannya. Dampak kemarau Panjang ini bisa terbawa sampai ke tahun 2024. <span;>Puncak Musim Kemarau 2023 di sebagian besar wilayah yang diprakirakan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2023 sebanyak 72,53%.
“Jika puncak kemarau bulan Agustus, artinya hujan baru datang di akhir bulan Nonember atau awal bulan Desember”. Durasi Musim Kemarau 2023 di sebagian besar wilayah Indonesia umumnya diprediksi berkisar 9 – 20 dasarian atau 3-7 bulan. Durasi musim kemarau 2023 dari 16,31% wilayah, diprakirakan hanya sekitar 1-2 bulan, tetapi sekitar 16,0% lainnya diprakirakan 7 – 9 bulan dan paling ekstrim di 0,72% wilayah diprakirakan mengalami panjang musim > 9 bulan.
Dari ketiga ahli di BMKG ini dapatlah disimpulkan secara umum bahwa tahun ini akan terjadi Kemarau Panjang di Indonesia, durasinya antara 3-7 bulan, tetapi ada yang ekstrim yaitu sampai 7-9 bulan kering. Puncak Kemarau ada pada bulan Agustus, sehingga hujan akan dimulai akhir bulan November atau diawal Desember 2023. Hujan masih ada dibeberapa daerah terutama di bagian Tengah Indonesia yang masih ada di wilayah iklim Khatulistiwa. Diluar iklim khatulistiwa tersebut adalah musim kemaraunya.
Masalah beras misalnya Badan Pusat Statistik (BPS), Pada pada musim kemarau Panjang tahun 2015 total impor beras sebanyak 861,60 ribu ton, ditambah tahun 2016 sebanyak 1,28 juta ton, dan tahun berikutnya normal kembali. Yang disebut normal kembali adalah impornya berkisar 0.4-0.6 juta ton/tahun.
Pada musim kemarau Panjang 2018 tercatat pemerintah Indonesia telah melakukan impor beras sebanyak 2,25 juta ton dan pada musim kemarau panjang tahun 2023 diperkirakan impor beras antara 2-3 juta ton. Dari data di atas terlihat impor beras semakin tinggi, ini merukapan indikasi kegagalan pemerintah mengantisipasi musim kemarau panjang. Belum lagi dampak sosialnya saat harga naik dan barang langka.
Produksi beras tahun 2022 diperkirakan mencapai 32 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsinya sebesar 30,2 juta ton. Stok di Bulog idealnya 1,2 juta ton. Dari hasil penghitungan BPS 2022 produksi beras nasional 2022 diperkirakan mencapai 32,07 juta ton.
Menurut Badan Pertanahan Nasional Luas Baku Sawah pada 2019. secara total adalah 7,46 juta hektare (ha). Pada tahun 2019 produksi beras nasional mencapai 32 juta ton, dan impor beras sebanyal 2.7 juta juta ton selama 2 tahun berturut-turut, dan dtahun 2023-2024 diprediksi impor lebih dari 3 juta ton karena selain akibat turunnya produksi beras akibat adanya kemarau Panjang dan banjirnya pendatang dari RRC.
Produksi beras tahun 2019 dan 2022 relatif sama sekitar 32 juta ton, namun jumlah penduduk semakin banyak dan luas baku sawah (LBS) semakin berkurang. Kebutuhan beras nasional sekitar 35 juta ton, jadi memang produksi beras nasional harus mendapat perhatian penuh.
Agar tingkat protas beras lebih baik, diperlukan upaya tambahan, al Menghentikan penggunaan areal sawah untuk konversi menjadi areal pemukiman dan industri, meningkatkan Rasio Tanam dengan menambah bendungan, perbaikan saluran irigasi, perbaikan teknis agronomi untuk meningkatkan produktivitas beras dari rerata 3.0 ton beras menjadi 4 ton beras.
Perbaikan produktivitas beras ini masih sangat mungkin mengingat hasil percobaan banyak yang mencapai diatas 4.5 ton/ha..Upaya diversifikasi makanan tampaknya sudah berjalan misalnya roti, tetapi sayangnya bahan bakunya masih total impor. Perlu dilibatkan para peneliti dan praktisi agar fungsi gandum dapat digantikan oleh mokaf, mazeina dan gandum beras misalnya.
Jangan sampai harapan palsu seperti yang disampaikan Moh Ismail Wahab, Direktur Serealian Kementan (Tempo.co. 21.10.2022) : tahun 2022 ini diperkirakan surplus beras mencapai 1,8 juta ton. Apabila ditambah surplus tahun sebelumnya, jumlah surplus mencapai 5,7 juta ton beras. Logikanya jika surplus Indonesia bisa ekspor, minimal tidak perlu impor.
Sementara itu, prediksi pemerintah yang merujuk pada data Kerangka Sampel Area Badan Pusat Statistik (KSA BPS) untuk amatan Juli 2023 juga menunjukkan indikasi penurunan produksi beras nasional.
<span;>Masalah kemarau Panjang ini selalu terjadi hampir 2x setiap dasarian dan selalu menjadi alasan jika produksi berkurang. Ada baiknya jika seluruh kementerian terkait melakukan antisipasi kekeringan dan kebanjiran secara terencana dengan baik. Persiapan menghadapi kemarau Panjang ini perlu dilakukan 2-3 tahun sebelum terjadi.***
<span;>Bandung, 11.09.2023