ENERGYWORLD.CO.ID – Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai kesepakatan global yang tercantum dalam dokumen Enhanced Nationally Prepared Contribution (E-NDC) untuk mengurangi emisi GRK sebanyak 32% atau 358 juta ton CO2 dengan usaha sendiri dan sebesar 41% atau sebanyak 446 juta ton CO2 dengan bantuan dunia internasional pada tahun 2030.
Untuk mencapai target tersebut, berbagai program telah dilaksanakan pemerintah, salah satunya adalah pemanfaatan biomassa sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang memiliki dampak menghasilkan emisi gas buang.
“Biomassa sebagai salah satu sumber energi berbasis energi baru terbarukan memegang peranan penting dalam program dekarbonisasi menuju emisi nol bersih,” kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi, disampaikan ketika mewakili Menteri ESDM membuka rangkaian acara Pekan Energi Berkelanjutan Indonesia 2023 yang digelar di Jakarta, Selasa (10/10).
Yudo menjelaskan, salah satu produk biomassa adalah biodiesel, yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar diesel untuk kendaraan. “Biodiesel menawarkan sebagai campuran bahan bakar yang lebih bersih dan ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil konvensional, sehingga bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara secara signifikan,” jelasnya.
Badan implementasi di Indonesia, papar Yudo, telah berjalan selama lebih dari 17 tahun dan menjadikan Indonesia sebagai pelopor dalam pemanfaatan biodiesel, yang pada bulan Februari 2023 lalu, program wajib campuran Biodiesel ke bahan bakar fosil telah diimplementasikan secara nasional, dengan persentase sudah mencapai 35% atau B35 dan terus ditingkatkan hingga mencapai B100.
Lebih lanjut, Yudo menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2022, program mandatori biodiesel B30 berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 27,8 juta CO2e dengan alokasi kuota biodiesel sebanyak 11 juta Kilo Liter (KL), dengan nilai ekonomi mencapai lebih dari 10 miliar USD.
“Sedangkan pada tahun 2023, kuota biodiesel yang ditetapkan sebesar 13,15 juta kL dan diharapkan nilai manfaat dari program ini dapat mencapai lebih dari 11,2 miliar USD,” terang Yudo. EDY/EWI
Sumber: ESDM