Briket Wastbriq adalah produk yang memiliki potensi sebagai substitusi arang yang memiliki beragam keunggulan. Beberapa di antaranya dari nyala api yang lama, emisi rendah, dan efisiensi penggunaan energi serta terjadi pembakaran sempurna.
“Briket ini dikemas dengan komposisi terbaik sesuai kebutuhan pasar melalui pengujian pengujian produk sehingga mencapai SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang Kayu,” kata Lovarensa, selaku ketua tim, Sabtu (14/9) di Kampus UGM.
Anggota tim lainnya, Naufal menjelaskan bahwa WastBriq ini telah memasarkan lebih dari 15 restoran di Daerah Sekitar Istimewa Yogyakarta. Selain itu, WastBriq juga dipasarkan secara ritel ke pedagang kaki lima yang masih menggunakan arang tradisional. Kehadirn produk tersebut mendapat respon positif dari pedagang karena menawarkan inovasi terbaru briket dengan keunggulan yang ada. Selain itu harganya juga terjangkau sehingga dapat menekan biaya operasional yang berpengaruh pada keuntungan konsumen yakni Rp 7.500/Kg.
“Dari sana, kami menginginkan produk kami dapat menjangkau pasar lokal khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga target kami sebesar 800 kg dapat didistribusikan kepada para konsumen yang membutuhkan arang agar beralih memakai WastBriq ramah lingkungan guna bersama-sama mendukung gerakan zero waste,” jelasnya.
Sarah menjelaskan, WastBriq ini telah dilengkapi teknologi terkini dengan sentuhan digital, yakni kode QR untuk mengakses akun media sosial dan kontak pemesanan agar memudahkan call to order sehingga sangat berguna dalam menunjang proses pemasaran melalui produk yang telah terdistribusi.
Sementara itu, Dr.Ir. JP Gentur Sutapa, M.Sc.Forest.Trop, sebagai pendamping tim PKM-K Wastbriq mengatakan produk ini diharapkan dalam jangka panjang mampu menggantikan energi batu bara menjadi energi biomassa terbarukan yang ramah lingkungan seiring dengan isu perubahan iklim dan pemanasan global di Indonesia..EDY/EWI