Oleh: Memet Hakim Indonesian Social Observer
ENERGYWORLD – Setidaknya jumlah korban tewas Israel-Hamas hingga hari ke-15 mencapai 5.540 orang dan lebih dari 12.000 orang luka-luka di kedua belah pihak. Korban Israel mencapai 1.403 orang dan 4.629 orang luka-luka. Korban warga Palestina adalah lebih dari 1.000 perempuan, 1.524 anak-anak dan 11 jurnalis. Korban terbanyak adalah korban serangan bom pesawat Israel di Gaza. 1 rumah sakit hancur, beberapa masjid dan 1 gereja dibom, dan beberapa bangunan sipil hancur. Perang jarak jauh semakin brutal.
Israel bersiap untuk menyerang melalui darat, dengan 300.000 tentara dan lebih dari 400 tank dikirim ke perbatasan Gaza untuk menanggapi serangan Hamas, menyusul serangan udara yang menimbulkan ribuan warga sipil, wanita dan anak-anak. Posisinya siap tempur, tinggal menunggu komando. Saat pasukan milisi al Qassam menunggu pasukan Israel memasuki perangkap di Gaza, pasukan Hizbullah menyerang bagian utara Israel yang berdekatan dengan Lebanon dan pasukan al Quds bersiap dari timur dekat Yerusalem. Pasukan Houthi dari Yaman telah bergerak dan menyerang dengan roket jarak jauh. Kami belum mendengar adanya persiapan dari Hebron, brigade lain bisa memanfaatkan celah ini.
Israel sebagai negara yang kuat dengan banyak tentara dan pesawatnya namun tentaranya takut mati, bahkan banyak tentaranya yang enggan dikirim ke daerah perang. Israel dibantu ribuan pasukan marinir Amerika dari 2 kapal induk dengan peralatan canggih siap menyerang langsung Hamas, pasukan lainnya baru saja tiba di Arab Saudi. Ini bukan pertarungan yang setara, tapi seperti Musa melawan Firaun. Hingga hari ke-15, Israel belum berani masuk ke Jalur Gaza, sebaliknya al Qassam dan Hizbullah malah terus menyerang Tel Aviv.
Banyak analisa mengenai perang ini, ada yang melihat Palestina akan lebih unggul, ada pula yang melihat Israel akan lebih unggul. Israel unggul dalam jumlah pasukan dan peralatan, dibantu oleh ribuan tentara Amerika dan peralatan canggihnya. Namun kecanggihan perlengkapan tidak menjadi jaminan kemenangan. Pasukan Palestina jauh lebih kecil, begitu pula perlengkapannya, tapi mereka punya Allah, pelindung terbaik, syahid (syahid), mereka sangat kuat secara moral. Kemartiran adalah suatu kebanggaan keluarga. Inilah kekuatan rohani yang tidak dimiliki Israel.
Israel, negara yang menjajah Palestina, terkenal kejam dan bengis, dibantu oleh Amerika Serikat, negara adidaya yang pemimpinnya haus akan perang. Dalam hal ini Amerika mempunyai standar ganda, seolah-olah menjunjung tinggi HAM ternyata merupakan pelanggaran HAM yang serius. Berapa banyak orang yang tewas di Gaza saat ini akibat bantuan Amerika? Berapa banyak korban meninggal karena kejadian mendadak seperti di Afganistan, Irak, Suriah, Vietnam ? Negara yang menyamar sebagai negara demokrasi ternyata tidak lebih dari melakukan kejahatan perang.
Joe Biden, Presiden Amerika berdarah dingin dan Benjamin Netanyahu yang membual, berbohong dan memutarbalikkan fakta di lapangan, harus bertanggung jawab atas membunuh ratusan bahkan ribuan nyawa di masjid, gereja, rumah sakit dan bangunan sipil di Palestina, khususnya di Gaza.
Keduanya adalah pembantai kehidupan rakyat Palestina, sebagai penjahat perang. Bahkan di negara Israel, B. Netanyahu mendapat protes dari masyarakatnya yang tidak mau berperang, begitu juga di Amerika dan banyak negara di dunia yang mendukung kemerdekaan Palestina.
Warga Palestina yang dianggap teroris menyerang Israel karena berjuang mempertahankan negaranya dari penjajah Israel, membalas kekejaman Israel terhadap warga Palestina. B. Netanyahu dan Joe Biden sebenarnya adalah teroris, mereka adalah teroris yang sebenarnya. Dunia dibohongi oleh kedua pemimpin ini, sehingga masih ada masyarakat yang menganggap Hamas adalah teroris, termasuk beberapa warga negara Indonesia yang pro Israel.
Meski dalam perkataannya mereka terkesan netral dan mendukung demokrasi, namun tindakan mereka membela Yahudi dan merupakan Islamfobia.
Perang darat di Gaza mengingatkan kita pada perang Ain Jalut tahun 1260, tentara mesir yang dipimpin oleh Sultan Saefudin Qutuz dan Panglima Bai Bar melawan agresor Mongol & Tentara Salib yang dipimpin oleh Hulagu Khan yang kekuatannya sangat besar, sangat kejam dan bergerak sangat cepat seperti tentara Israel Saat ini, masuk perangkap dan akhirnya 20.000 tentara gabungan tewas di tangan pejuang Muslim yang berlokasi di Ain Jalut utara Gaza. Pasukan Israel yang tidak dilatih dan takut mati akan memasuki Gaza dan ingin menghadapi pejuang Palestina di wilayahnya sendiri, dilatih dalam perang gerilya, memiliki senjata yang mumpuni dan mencari kematian. Tentu saja ini merupakan strategi militer terburuk yang pernah kita dengar. Keputusan yang diambil dengan kemarahan, emosi dan kebencian tentu tidak akan sempurna.
Joe Biden mengetahui bahwa ada banyak orang Yahudi di Amerika, banyak di antaranya bahkan adalah pejabat tinggi, pengusaha, dan bankir. Jadi kenapa tidak mengundang saja semua orang Yahudi di sana dan tinggal di Amerika, diberikan tanah di sana dan mengizinkan pendirian negara Israel di Amerika. Mungkin jalan ini merupakan jalan terbaik bagi perdamaian di Timur Tengah. Joe Biden harus rela memberikan lahan kosong kepada kaum Yahudi, karena ia selalu membantu Israel menciptakan masalah di Timur Tengah.
Apakah penjahat perang seperti Benjamin Netanyahu dan Joe Biden akan dibiarkan bebas berkeliaran, kita bisa melihat definisi bersama-sama, setelah dunia bersatu melihat ketidakadilan dan kemunafikan ini. ***
Bandung, 22.10.2023