ENERGYWORLD – Konsultan politik Eep Saefulloh Fatah menegaskan Presiden Jokowi dan kelompoknya harus kalah di Pemilu 2024 ini. Direktur PolMark Indonesia itu menyebut Jokowi bisa menjadi contoh buruk bagi pemimpin-pemimpin berikutnya.
Mantan aktivisme itu juga menyinggung krisis yang sedang terjadi dan hasil survei terbaru mereka. Pria kalahiran 13 November 1967 itu menyampaikan hal ini dalam sebuah forum yang diikutinya.
Eep yang mengaku sebagai konsultan Jokowi di 2014 menyebut judul penyampaiannya di forum itu adalah “Empat Krisis Jokowi dan Satu Bonusnya”.
Menurut Eep, Jokowi saat ini berkubang dalam krisis. Ia menyebut krisis itu adalah krisis moral, krisis politik atau krisis dukungan politik, serta krisis kebijakan. Untuk masing-masing krisis itu, ia memberikan contohnya secara gamblang.
Ia kemudian menjelaskan survei yang sudah mereka lakukan di 32 provinsi beberapa waktu lalu dan survei ulang yang baru saja dirampungkan PolMark Indonesia. Dalam survei sebelumnya, ia menyebut tingkat kepuasan pada pemerintahan Jokowi memang tinggi.
Hanya saja, itu ia ibaratkan seperti pelayat orang meninggal. Semua orang yang melayat dikebumikan menurutnya akan mengiyakan kebaikan orang yang meninggal.
Namun, ketika ditanya lima hal mendasar, warga secara umum tidak puas. Mulai dari harga kebutuhan pokok yang tidak terjangkau, korupsi yang merugikan, pembangunan infrastruktur yang tidak menyejahterakan, hingga sulitnya mencari pekerjaan.
Dalam survei terbaru di 32 provinsi dengan masing-masing 1.200 responden, ia menambahkan beberapa elemen pertanyaan. Termasuk keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan nepotisme, juga ada keputusan soal IKN.
Dijelaskan Eep, ia memperluas cakupan untuk pertanyaan tentang kehidupan masyarakat menjadi delapan dari sebelumnya hanya lima. Ada juga pertanyaan terkait krisis iklim dan kerusakan lingkungan.
Hasilnya, tidak ada perubahan. Mereka (masyarakat) menganggap hidup mereka tidak baik-baik saja. Mereka menganggap hidup mereka susah. Ini suara rakyat,” tegasnya dikutip dari Herald.id, Selasa (12/12/2023).
Ia selanjutnya membahas soal krisis elektoral Jokowi yang ia sebut sebagai krisis keempat. Saat itulah, ia menegaskan Jokowi harus kalah pada pemilu 2024 ini dan mengajak semua pihak bergabung untuk memperjuangkan hal itu.
Jokowi harus kalah dalam Pemilu 2024. Itulah target saya sebagai warga negara Indonesia. Jika tidak, maka pemimpin-pemimpin berikutnya akan menjadikan ini sebagai contoh. Tidak perlu 32 tahun untuk semena-mena di Indonesia. Cukup sembilan tahun satu bulan. Apalagi ada yang bilang cukup lima tahun saja,” ujarnya.
Bagi Eep, inilah yang harus diperjuangkan. Pada kesempatan itu, ia juga mengungkap hasil survei yang sama sekali tidak menunjukkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan bisa menang satu putaran.
Prabowo-Gibran di bawah 40 persen, tidak di atas 40 persen. Anies dan Ganjar di atas 20 persen. Yang menarik, ada pertanyaan apakah keputusan sudah tetap atau bisa berubah, hanya 46 persen yang tetap. Ditemukan angka 43 persen pemilih kita masih bisa berubah,” ungkapnya.*”*