Hamas Peringatkan Zionis Israel Atas Renca Menginvasi Kota Rafah Berarti Ingin Melanjutkan Perang
“Bahkan jika (Israel) masuk dan menginvasi Rafah, mereka tidak akan mencapai apa yang diinginkannya,” kata Ghazi Hamad
“Hal ini tidak diragukan lagi akan mengancam perundingan karena jelas dari pernyataan ini bahwa Israel tertarik untuk melanjutkan perang”
ENERGYWORLD.CO.ID – Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada AFP pada hari Kamis bahwa Israel akan gagal memenuhi tujuan yang dinyatakannya untuk mengalahkan kelompok militan Palestina dan membebaskan sandera dengan menyerang kota Rafah di Gaza selatan.
“Bahkan jika (Israel) masuk dan menginvasi Rafah, mereka tidak akan mencapai apa yang diinginkannya,” kata Ghazi Hamad dalam sebuah wawancara melalui telepon dari Qatar, tempat sejumlah tokoh senior dari biro politik Hamas bermarkas,.Arabnews, (25/4).
Hamad mengatakan Israel “menghabiskan hampir tujuh bulan di Gaza dan menginvasi semua wilayah dan menghancurkan banyak hal, namun sejauh ini belum mampu mencapai tujuan utamanya, apakah melenyapkan Hamas atau mengembalikan para tawanan.”
Israel telah berjanji untuk melanjutkan operasi militer yang direncanakan di Rafah, meskipun ada protes dan kekhawatiran internasional terhadap sekitar 1,5 juta warga Palestina yang berlindung di kota tersebut.
Ada kekhawatiran akan banyaknya korban sipil dan negara-negara termasuk sekutu utama Israel dan pemasok senjata Amerika Serikat telah memperingatkan Israel agar tidak mengirimkan pasukan ke Rafah.
“Kami telah berbicara dengan semua pihak yang terlibat dalam konflik tersebut… mengenai keseriusan invasi Rafah dan bahwa Israel sedang menuju ke arah melakukan pembantaian dan genosida tambahan,” kata Hamad.
“Hal ini tentu akan mengancam perundingan karena jelas dari pernyataan ini bahwa Israel tertarik untuk melanjutkan perang dan agresi dan tidak berniat melanjutkan perundingan dan mencapai kesepakatan,” ujarnya.
Qatar, Amerika Serikat dan Mesir, telah memediasi perundingan untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera, namun upaya tersebut terhenti selama berhari-hari.
Namun delegasi Mesir akan melakukan perjalanan ke Israel pada hari Jumat untuk memulai putaran baru perundingan, media Israel melaporkan mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya.
Juru bicara pemerintah Israel David Mencer mengatakan kabinet perang Israel bertemu pada hari Kamis “untuk membahas cara menghancurkan batalion terakhir Hamas.”
Pada hari Rabu, Mencer mengatakan bahwa sejak Israel memulai invasi darat ke Gaza pada tanggal 27 Oktober, tentara telah menghancurkan “setidaknya 18 atau 19 dari 24 batalyon Hamas.”
Para pejabat mengatakan batalion yang tersisa berada di Rafah – target utama serangan yang akan datang.
Sebagian besar warga Gaza yang mengungsi di Rafah berlindung di kamp-kamp darurat, dan bahkan sebelum dimulainya invasi darat, kota dekat perbatasan Mesir ini telah sering mengalami pemboman Israel.
Hamad berpendapat rencana invasi tersebut mengungkap kontradiksi dalam sikap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap Gaza.
“Netanyahu tersandung karena, di satu sisi, dia ingin mengembalikan para tawanan ke keluarga mereka, tetapi pada saat yang sama, dia menempatkan mereka dalam bahaya besar, karena tentaranya dengan sengaja membunuh banyak sandera.”
Tentara Israel mengaku secara keliru membunuh beberapa sandera di Gaza.
Hamad menuduh Netanyahu “memanipulasi dan menunda-nunda” dalam upaya untuk “menipu masyarakat Israel bahwa ada negosiasi dan juga menipu masyarakat internasional bahwa ada negosiasi.”
Dia mengatakan perdana menteri Israel “berusaha memutarbalikkan kebenaran” dan mengklaim bahwa “Hamas adalah hambatan dalam negosiasi ini.”
Hamad mengatakan Qatar dan Mesir “melakukan upaya besar untuk mencapai kesepakatan,” namun berpendapat “sayangnya pihak Israel menangani masalah ini dengan bodoh dan sangat bingung.”
Hamad juga mengatakan kepada AFP bahwa Hamas, yang mengambil alih kekuasaan di Gaza pada tahun 2007, telah menyusun rencana untuk wilayah tersebut setelah perang.
Dia mengatakan kelompok tersebut “bekerja pada fase pascaperang untuk memastikan adanya upaya besar untuk membangun kembali Jalur Gaza dan menyediakan kebutuhan untuk kehidupan yang layak.”
Militan Palestina menyandera sekitar 250 orang ke Gaza selama serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang.
Para pejabat Israel mengatakan 129 sandera masih ditahan di Gaza, termasuk 34 orang yang menurut militer tewas.
Serangan terhadap Israel selatan mengakibatkan kematian 1.170 orang, baik warga Israel maupun warga asing, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Serangan balasan Israel terhadap Hamas di Gaza telah menewaskan 34.305 orang, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut..EDY/Ewindo