ENERGYWORLD.CO.ID – Penambang Perancis Eramet (ERMT.PA), membuka tab baru mengatakan pada hari Senin bahwa memutuskan telah memutuskan, bersama dengan BASF Jerman (BASFn.DE), membuka tab baru , untuk membatalkan proyek investasi bersama bernilai $2,6 miliar di konservasi nikel-kobalt di Teluk Weda, Indonesia.
“Setelah evaluasi menyeluruh, termasuk diskusi tentang strategi pelaksanaan proyek, kedua mitra telah memutuskan untuk tidak melakukan investasi ini,” kata Eramet dalam rilis berita, tanpa menjelaskan lebih lanjut, Reuters (25/6).
Eramet akan terus menganalisis potensi investasi dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik nikel di Indonesia dan akan terus memberikan informasi kepada pasar pada waktunya, tambahnya.
Seorang pejabat Indonesia mengatakan perusahaan-perusahaan tersebut telah memberi tahu pemerintah tentang keputusan tersebut, dan menyatakan bahwa sudah ada beberapa fasilitas pelindian asam tekanan tinggi (HPAL) di negara ini dan sedang dalam tahap pembangunan jaringan pipa.
“Saya kira pembatalan ini karena melihat HPAL di Indonesia sudah banyak, sehingga lebih mudah mendapatkan PLTMH (campuran endapan hidroksida), sehingga tidak perlu mengeluarkan capex yang besar untuk membangunnya sendiri,” kata Septian Hario Seto, pejabat senior di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Sejumlah perusahaan China dan lokalnya telah berinvestasi di HPAL di Indonesia karena negara kaya nikel itu ingin membangun industri kendaraan listrik di negeri itu.
Pada Januari 2023, kata pejabat Indonesia, membuka tab baru Grup Prancis dan BASF hampir meraup investasi senilai $2,6 miliar dalam produksi nikel untuk digunakan dalam baterai kendaraan listrik. Proyek ini didasarkan pada sumber daya yang diambil dari tambang Eramet di Teluk Weda.
Eramet kemudian mengkonfirmasi negosiasi sedang berlangsung, namun mengatakan proyek tersebut masih bergantung pada keputusan investasi akhir. EDY/Ewindo