Kilang Minyak Sebuah Pengalaman Industri Nasional Terintegrasi (1)
Oleh : Salamuddin Daeng
Kilang minyak adalah salah satu industri nasional yang dapat menjadi contoh begitulah seharusnya industri dibangun yang dapat dicontoh oleh sektor lainnya dalam rangka industrialisasi nasional. Sebagai industri, kilang minyak terintegrasi dari penyediaan bahan mentah, baku, pengolahannya sendiri, distribusi hingga pasar minyak. Kilang minyak juga terintegrasi dengan sektor keuangan, perbankan dan asuransi yang menopang keuangan kilang kilang minyak nasional.
Mengapa kilang perlu menjadi contoh? Karena Indonesia punya pengalaman tidak beruntung dalam membangun industri nasional di luar minyak. Hasil studi dari banyak lembaga menunjukkan bahwa Indonesia mengalami de-industrialisasi selama tiga dekade terakhir. Ciri de-industrialisasi ditunjukkan dengan menurunnya kontribusi sektor industri secara terus menerus dalam jangka panjang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), juga menurunnya kontribusi penyerapan tenaga kerja sektor industri terhadap PDB.
Hanya beberapa industri nasional yang masih berdiri kokoh. Industri kilang minyak adalah salah satu sektor industri yang tebesar selain industri tembakau dan industri makanan minuman lainnya. Namun secara keseluruhan industri nasional di luar sektor tersebut kurang berkembang, terutama yang terkait dengan sumber daya alam mineral, yang penting adalah andalan utama perekonomian Indonesia, ekspor dan andalan pendapatan negara.
Industri kilang minyak telah menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan politik dan ekonomi nasional. Industri ini lahir di jaman kolonialisme atau jauh sebelum Indonesia merdeka. Perjuangan membangun kilang minyak adalah hasil perjuangan yang patriotik yang dipandu oleh semangat nasionalisme kebangsaan. Saat ini industri kilang adalah salah satu industri yang masih dikuasai negara oleh negara melalui BUMN.
https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/rencana-pengembangan-kilang-minyak-di-indonesia
Memangnya usaha pembangunan kilang tidak terlepas dari tekanan geopolitik. Pertarungan dalam memperebutkan sumber minyak dan industri pendukungnya adalah yang paling keras sejak Perang dunia II sampai sekarang. Sehingga minyak sampai saat ini pun masih merupakan bagian penting dari visi supremasi Negara Barat terutama Amerika Serikat (AS) dan sekutunya serta Rezim Petrodolar. Menguasai minyak berarti menguasai negara, sama seperti menguasai pangan berarti menguasai mayarakat negara tersebut.
Dalam hal membangun atau mengembangkan kilang Indonesia menghadapi pesaing paling besar dari wilayah terdekat di kawasan. Singapura adalah pemilik kilang dengan kapasitas terbesar di ASEAN. Dua kilang di Singapura setara dengan 10 kilang milik Indonesia yang berkapasitas 1,13 juta barel sehari. Singapura adalah pesaing utama dalam industri ini, karena berburu baham mentah dari sumber yabg sama dan berburu pasar yang sama. Namun yang patut dibanggakan Pertamina Kilang Internasional (PT. KPI) masih tetap bisa bersaing dan tidak bubar oleh persaingan ini. Bayangkan jika dihadapkan oleh industri yang lain? Inilah industri dimana Indonesia diperlukan bagi stabilitas ekonomi di kawasan.
https://oilandgascourses.org/the-top-ten-oil-refineries-in-southeast-asia/
Ke depan tentu Indonesia ingin lebih maju lagi dalam Industri kilang minyak dan petrokimia. Terkait dengan isu transisi energi melalui penurunan emisi, industri kilang dapat melangkah paling depan. Setidaknya kebutuhan minyak nasional 1,6 juta barel per hari dapat dipenuhi oleh kilang sendiri dengan bauran produksi hijau. Jika lebih banyak lagi maka itu bisa dikhususkan untuk pasar ekspor energi hijau. Singapura sendiri dalam tekanan untuk menutup lebih cepat kilang kilang minyak mereka untuk mencapai emisi net zero. Kehadirannya di Indonesia akan menjadikannya penting sebagai sumber energi hijau terbanyak dan terlengkap di dunia. Bisa berada di garis depan industri kilang energi baru terbaharukan di kawasan.