Harga Minyak Naik karena Stimulus China, Konflik Timur Tengah dan Risiko Badai
ENERGYWORLD.CO.ID – Harga minyak naik pada hari Selasa, di tengah berita stimulus moneter dari importir utama China dan kekhawatiran bahwa konflik di Timur Tengah dapat mempengaruhi pasokan regional sementara badai lain mengancam pasokan di Amerika Serikat, produsen minyak mentah terbesar di dunia.
Harga minyak mentah Brent naik $1,34, atau 1,8%, menjadi $75,24 per barel pada pukul 08.53 GMT. Harga minyak mentah WTI AS naik $1,38, atau 2%, menjadi $71,75.
“Pasar minyak mentah telah menanti dengan penuh harap keputusan otoritas Tiongkok untuk melonggarkan langkah-langkah lebih lanjut guna melawan perlambatan ekonomi,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore, dikutip Reuters (24/9).
Sebelumnya pada hari itu, bank sentral Tiongkok mengumumkan stimulus terbesarnya sejak pandemi COVID-19 untuk menarik perekonomian keluar dari kemerosotan deflasi dan kembali menuju target pertumbuhan pemerintah.
Paket yang lebih luas dari perkiraan, yang menawarkan lebih banyak pendanaan dan pemotongan suku bunga, merupakan upaya terbaru Beijing untuk memulihkan kepercayaan setelah serangkaian data mengecewakan yang menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan struktural yang berkepanjangan.
“Pengumuman hari ini akan membantu menghilangkan risiko penurunan harga minyak mentah,” kata Sycamore.
Namun, agar kenaikan harga minyak bertahan lama, kebijakan moneter akomodatif Tiongkok perlu diimbangi dengan kebijakan fiskal ekspansif untuk meningkatkan permintaan internal, kata Kelvin Wong, analis pasar senior di OANDA.
Di Timur Tengah, wilayah penghasil minyak utama, militer Israel mengatakan pihaknya melancarkan serangan udara terhadap lokasi Hizbullah di Lebanon pada hari Senin, yang menurut otoritas Lebanon menewaskan 492 orang dan membuat puluhan ribu orang melarikan diri mencari tempat aman.
Serangan tersebut berisiko menarik produsen OPEC Iran, yang mendukung Hizbullah, lebih dekat ke konflik dengan Israel dan dapat memicu perang yang lebih luas di seluruh kawasan.
Sementara itu, produsen minyak AS tengah berupaya mengevakuasi staf dari anjungan produksi minyak di Teluk Meksiko karena badai kedua dalam dua minggu diperkirakan akan menghantam ladang minyak lepas pantai. Beberapa perusahaan minyak menghentikan sebagian produksi mereka. EDY/Ewindo