SETAHUN PERANG DI GAZA, HAMAS MASIH BERTAHAN, ISRAEL SEMAKIN HANCUR LEBUR
Oleh : Memet Hakim
Pengamat Sosial, Wanhat APIB & APP TNI
Setahun perang di Gaza 7 Oktober 2024, telah membuat perang melebar. Operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas pada 7 Oktober 2023 yl, menyerang <span;>penjajah Israel<span;> bukan tanpa sebab. Penyerangan tersebut dipersiapkan sejak lama. Bagaimanapun Palestina ingin Merdeka dari Israel, apalagi perilaku Israel yang selalu menindas orang Palestina selama ini. Pembunuhan, penganiyaan, perampasan tanah dan mengganggu jamaah masjidil Aqso seolah sudah menjadi kebiasaan Israel.
Perang Hamas (baca Palestina) vs Israel menurut versi Israel, Amerika dan sekutunya adalah perang melawan teroris, menurut versi yang sebenarnya adalah perang merebut kemerdekaan dari negara penjajah. Palestina telah dijajah Israel selama 75 Tahun oleh Israel, Israel menduduki tanah Palestina setelah diberi oleh Inggris yang menjajah Palestina sebelumnya
Operasi itu menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel tewas dan 250 lainnya disandera, korban itupun ditenggarai banyak yang dilakukan oleh Israel sendiri, untuk menipu tanggapan dunia. Tercatat selama setahun perang ini ada sekitar 42.000 warga sipil Palestina tewas yang didominasi oleh anak-anak, Wanita dan lansia.
Korban tentara Israel tidak jelas, tapi diperkirakan sangat banyak, karena telah beberapa kali merekrut tentara Cadangan yang jumlahnya 473.000 personil (termasuk para militer) dan bahkan mantan tentara yang masih bisa ikut perang. Korban milisi atau laskar al Qassam sayap juang Hamas juga tidak jelas, tapi pernah ada perekrutan lagi sebanyak 5.000 orang pejuang.
Perang Gaza ini sangat menarik, karena tentara penjajah Israel ini berhadapan dengan para pejuang kemerdekaan bukan perang melawan negara lain yakni semula hanya laskar Hamas, kemudian berkembang dengan seluruh laskar pejuang di Palestina seperti Brigade Al- Qassam Brigade Al-Quds (AQB), Jihad Islam Palestina/Brigade Al Quds (AQB), Brigade Martir Al-Aqsa Fatah (AAMB), Brigade Al-Nasser Salah al-Din, Brigade Abu Ali Mustafa (PFLP), Brigade Jihad Jibril (PFLP-GC), Brigade Perlawanan Nasional Palestina (DFLP), Brigade al Mujahidin, Brigade Jenin (Jenin Bataljon). Selain itu bergabung juga para pejuang dari Hizbullah dari Libanon dan Houthi dari Yaman.
Baru kemudian kita mendengar ada 7 negara yang secara terus terang membantu membantu mengirimkan senjata ke Palestina yakni Iran, Afganistan, Arab Saudi, Yaman. Qatar, Libanon dan Irak. Negara lain yang mendukung tidak langsung lebih banyak lagi, termasuk Rusia, RRC, Korut, Indinesia, Malaysia, Brunei, dll. Sedang tentara IDF yang penakut itu sejak awal didukung oleh AS baik personal tentaranya ataupun senjatanya. Sekutu yang lain seperti Inggris, Perancis, Jerman malah mengurangi bantuannya karena melihat Israel melakukakan genosida.
Tentara Israel banyak membelot, dan banyak terpapar sakit jiwa. Rakyatnya sendiri sudah beberapa melakukan demo minta agar Netanyahu mundur. Beberapa kabinet perangnya sudah mundur juga. Tekanan dari luar negeri juga cukup besar al. Adanya surat penangkapan dari Jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pengakuan atas Negara Palestina oleh sekutu Israel, berbagai demo terhadap Israel akibat melakukan genosida di Gaza.
Israel sebenarnya telah kehilangan kendali di perbatasan Utara dan di Selatan di perbatasan Gaza, di Tepi Barat, bahkan di Tel Aviv, Haifa dan pusat2 militer dan airport diberbagai tempat telah dihancurkan oleh gabungan para pejuang. Pasukan Israel semakin banyak yang tewas baik di medan perang ataupun yang berada di markasnya. Entah berapa banyak tank yang dihancurkan dan berapa banyak pesawat tempur dan radar yang hancur ditembak rudal dari Iran, Houty dan Hizbulah.
Simpati warga dunia terhadap Israel semakin kecil, akibat banyak kebohongan-kebohongan yang terungkap. Indikasi pembelaan pada Palestina bermunculan di banyak negara. Warga dunia sekarang lebih mengetahui bahwa memang Israel merupakan negara yang menjajah Palestina, sehingga mereka ingin agar Palestina bisa merdeka.
Perang ini diperkirakan tidak lebih dari 3 bulan lagi akan selesai dengan kekalahan Israel, jika AS bisa menahan diri. Bagi Israel perang ini menyedot dana sekitar 100 trilyun/bulan, akan terasa berat sekali, apalagi senjata canggihnya ternyata bisa dijebol. Palestina akan merdeka sepenuhnya dengan menguasai seluruh tanah yang dikuasai Israel. Alih-alih Palestina yang akan dilenyapkan di peta dunia, sangat mungkin peta Israel yang akan hilang.
Perang di Palestina ini menguji AS apakah akan habis2an membela negara penjajah atau terlibat perang langsung, karena bagaimanapun membela Israel berarti merupakan beban rakyat AS sendiri. Fakta memperlihatkan bahwa AS tidak pernah menang melawan “pejuang gerilya”, di Vietnam, di Afganistan, sekarang di Palestina. Senjata secanggih apapun akan sulit jika lawannya melakukan gerilya. Kapal perang AS saja tidak berdaya menghadapi serangan pejuang Houty, bagaimana pula akan menang di Timur Tengah yang jauh lokasi negaranya. Selain itu AS dalam membantu Israel ini tidak didukung oleh rakyatnya dan kondisi keuangannya sedang cekak.
Akibat ulah pemimpin Israel yang suka cari musuh, maka sangat mungkin terjadi perluasan perang di Cyprus, Libanon, Iran, Irak, Suriah, Afganistan, Yordania, Yaman dan sekitarnya, bahkan sampai Eropa. Sangat mungkin juga AS diserang rudal2 jarak jauh, akibat terlalu jauh bertindah. Begitu juga negara2 sekutu Israel di Eropa Barat akan dilanda peperangan jarak jauh secara terbuka. Kemampuan rudal balistik sekarang sudah sangat jauh, sehingga perang dapat terjadi kapan saja.
Kekuatan laskar pejuang Palestina ternyata dapat menjebol pertahanan udara Israel, menghancurkan kapal perang di laut merah, sehingga sangat mungkin AS akan ikut melarat jika nekat membantu Israel sepenuhnya. Selain itu, jika Perang Dunia terjadi sangat mungkin terjadi perang di luar angkasa, saling menghancurkan satelit dan jaringan internet, listrik bahkan akhirnya bom nuklir akan bicara. Semuanya tergantung AS, karena <span;>nyatanya yang menjadi teroris sejati itu AS<span;>, Selanjutnya krisis ekonomi, pangan akan terjadi di Kawasan Timur Tengah, Eropa, Amerika.
Bandung, 07.09.2024