Dosen UGM Teliti Potensi Ragi Merah sebagai Sumber Energi Alternatif
ENERGYWORLD.CO.ID – Produksi energi di seluruh dunia menghadapi tantangan karena ketergantungan pada bahan bakar fosil, yang pada akhirnya akan habis. Sementara itu, pengembangan energi alternatif lainnya menghadapi biaya produksi yang tinggi dan efisiensi yang rendah.
Dosen Biologi UGM Dr. Ganies Riza Aristya meneliti jamur Rhodotorula glutinis , yang biasa dikenal sebagai ragi merah, sebagai sumber energi alternatif.
Jamur ini dapat ditemukan di berbagai lingkungan dan diisolasi dari udara, tanah, rumput, danau, laut, makanan, buah-buahan, kulit manusia, dan kotoran manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan mikroorganisme untuk produksi bioenergi sebagai sumber energi terbarukan untuk menggantikan bahan bakar fosil.
Dr. Aristya menyebutkan potensi ragi merah sebagai sumber energi alternatif. Ragi merah memiliki potensi besar karena kemampuannya mengakumulasi dan menghasilkan lipid dalam jumlah besar.
“Pada beberapa kasus, akumulasi lipid pada R. glutinis dapat mencapai 72,4% sehingga berpotensi sebagai penghasil lipid sumber energi,” ujarnya kepada wartawan, Kamis, 6 Februari 2025.
Kemampuannya untuk menghasilkan lipid dalam jumlah besar berasal dari jalur biosintesis yang memungkinkan mikroorganisme ini mengubah berbagai sumber karbon menjadi senyawa bernilai tinggi, termasuk lipid atau biopolimer lainnya.
Pengembangan produk lipid dapat melampaui biofuel ke produk biopolimer seperti polimer bioplastik seperti polihidroksibutirat.
“Pengoptimalan sintesis senyawa esensial pada ragi merah ini dapat dilakukan melalui rekayasa proses, rekayasa genetik, atau rekayasa metabolik,” terangnya.
Dr Aristya mengatakan pemilihan ragi merah atau R. glutinis sebagai bahan penelitian didasarkan pada kemampuannya dalam mengakumulasi lipid tinggi, khususnya triasilgliserol (TAG), yang dapat diubah menjadi energi dalam bentuk biofuel.
“ R. glutinis juga dipilih karena kemampuannya tumbuh pada berbagai substrat,” katanya.
Tidak berhenti di situ, kemampuan ragi merah untuk menghasilkan lipid lebih dari 15% dari berat sel keringnya, ia juga dapat memetabolisme berbagai senyawa yang digunakan sebagai sumber karbon, seperti monosakarida, disakarida, polisakarida, asam organik, gliserol, bahan baku, produk sampingan industri, dan air limbah.
Penting untuk dicatat bahwa jamur ini memproduksi dan mengakumulasi lipid dalam jumlah besar ketika nitrogen terbatas tetapi karbon cukup.
Dalam kondisi seperti itu, ragi mengalihkan metabolismenya ke biosintesis lipid sebagai cadangan energi dalam bentuk Triasilgliserol (TAG).
Lipid yang dihasilkan dapat diekstraksi dan diubah menjadi biodiesel sebagai sumber energi.
“Lipid yang diperoleh dari sel khamir akan diubah menjadi biodiesel melalui transesterifikasi, yaitu mereaksikan TAG dengan metanol untuk menghasilkan biodiesel sebagai ester metil asam lemak (FAME). Biodiesel yang diperoleh dapat digunakan sebagai energi,” katanya.
Penelitian tentang rekayasa genetika mikroorganisme ini telah berlangsung selama delapan tahun.
Untuk penelitian ini, Dr. Aristya dan timnya menerima hibah penelitian dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) dalam kategori Science and Technology Research Grant (STRG).
Dengan karyanya yang berjudul ‘ Yeast Bioengineering for Sustainable Lipid-Based Energy Production from Rhodotorula glutinis ,’ Dr. Aristya menjadi salah satu dari 18 penerima penghargaan STRG-ITSF tahun 2025 pada tanggal 30 Januari di Jakarta.**
sumber: UGM.ac.id
7 Februari 2025