Home Kolom Ketum DPP APIB, Erick Sitompul. Langkah Efisiensi Sangat Tepat Untuk Mencegah Korupsi...

Ketum DPP APIB, Erick Sitompul. Langkah Efisiensi Sangat Tepat Untuk Mencegah Korupsi Dan Perkuat Anggaran   Pro Rakyat Miskin

190
0

Ketum DPP APIB, Erick Sitompul. Langkah Efisiensi Sangat Tepat Untuk Mencegah Korupsi Dan Perkuat Anggaran   Pro Rakyat Miskin

ENERGYWORLD.CO.ID – Langkah efisiensi besar besaran pemerintahan Presiden Prabowo di seluruh Kementerian  pusat hingga pemerintahan daerah telah dimulai  dengan memangkas Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah, termasuk Efisiensi pada perusahaan perusahaan BUMN.

Kebijakan  efisiensi keuangan negara yang di perkuat dengan Inpres : No 1 Tahun 2025 Tentang Efisiensi APBN dan APBD ini mendapat dukungan kalangan  masyarakat apalagi  terkait  pengalihan anggaran belanja negara untuk  perbaikan  ribuan  jumlah sekolah,  program perbaikan kualitas gizi  jutaan anak sekolah dengan  MBG,  juga program perbaikan kesehatan  rakyat Indonesia dan  percepatan Kemandirian pangan serta  ketahanan energi.

Ketum DPP APIB ( Aliansi Profesional Indonesia Bangkit ) Erick Sitompul menganggap penting dan sangat tepat  langkah efisiensi   anggaran negara tersebut.  Karena Presiden Prabowo  memang harus berani  mengambil kebijakan Efisiensi dan dengan  cermat   menjaga stabilitas  keuangan negara agar   program prioritas  pro rakyat miskin  yang di canangkan di pemerintahan baru ini dapat terus terlaksana. Sekaligus Efisiensi ini berdampak luas kepada pencegahan korupsi dan mencegah pula tambahan utang luar negeri baru.

Walau ada saja  pihak yang  mempersoalkan, tidak perlu heran. Diduga itu didalangi para kelompok makelar anggaran, para pejabat korup dan pengusaha hedon yang sudah puluhan tahun hidup mewah dari  belanja besar pemerintahan  pada proyek proyek infrastruktur yang rentan korupsi  di era lalu. Presiden Prabowo sebaiknya  tidak perlu risau hal itu.  Yang penting tujuannya adalah memperkuat anggaran pro rakyat miskin dengan  perbaikkan  kondisi sosial, pendidikan , kesehatan dan  perekonomian  rakyat Indonesia dapat berlangsung lebih baik.

Sepanjang pemangkasan anggaran itu   di anggap cukup signifikant untuk mendukung prioritas program   yang bagus dan  efektif serta tepat sasaran untuk perbaikan kehidupan  rakyat miskin dan tidak menggangu kebutuhan utama  operasional pemerintahan pusat dan daerah termasuk tetap memperhatikan  infra struktur di pedesaan maka langkah  efisiensi  anggaran dapat mengerem   anggaran infrastruktur raksasa dari puluhan PSN termasuk IKN yang jor joran di era terdahulu maka sudah saatnya  langkah itu   di perlukan, kata Erick kepada media.

Menurut Erick, dengan langkah efisiensi yang mentarget  efisiensi anggaran belanja pemerintah sebesar 306 Trilyun di tahun 2025,  Kementerian Keuangan tidak perlu lagi seperti dahulu  mencari  pembiayaan dengan menambah  utang luar negeri  dengan  menjual obligasi atau SUN   dengan bunga tinggi. Yang akibatnya utang semakin besar dan  defisit APBN setiap tahun terus melebar.

Berdasar data,  utang luar negeri pasca  presiden SBY sekitar  1.500 Trilyun.  Data Kemenkeu  Oktober 2024 diakhir era Pemerintahan Jokowi total utang luar negeri menjadi sangat  besar  yakni 8.680 Trilyun. Sementara kenaikan pendapatan APBN setiap tahun tidak berbanding lurus untuk menutup kewajiban   besarnya pembayaran cicilan  utang luar negeri itu.

Berdasar informasi Bright Institute, kewajiban pembayaran  utang luar negeri 2025  adalah 776 Trilyun netto setahun. Anggaran untuk Spending Pemerintah pusat dan daerah setiap tahun terus meningkat. Pada  APBN  2025 dianggarkan  sebesar 2.701 Trilyun. Dengan  anggaran belanja APBN sebesar  3.621 Trilyun untuk tahun 2025 dimana target pendapatan APBN hanya 3.005 Trilyun maka   defisit anggaran akan menjadi 600 Trilyun an, kata Erick

Jadi untuk menekan defisit yang semakin besar dan mencegah tambahan utang luar negeri itu,   maka Menkeu memang wajib mengelola super ketat anggaran sekaligus  menjaga stabilitas anggaran. Tidak memberi ruang  tambahan utang baru,  dengan memangkas anggaran di banyak sektor yang rentan dengan korupsi juga, itu langkah bagus dan cukup terpuji.

Erick malah menyarankan agar  pemangkasan anggaran dilakukan juga  terhadap berbagai tunjangan dan fasilitas pejabat negara di legislatif  dan  kepala  daerah yakni para Gubernur dan kalangan Bupati dan Walikota.

Kalau negara kita ingin maju,  kita lihat contoh negara paling makmur  di dunia seperti Swedia, Denmark  atau Finlandia. Itu negara paling  minim dari korupsi, paling bersih dari penyalah gunaan anggaran negara. Paling transparan dan aparaturnya paling patuh terhadap hukum. Di Swedia anggota DPR nya itu bahkan di gaji lebih rendah dari gaji guru. Anggota legislatif nya tidak punya mobil dinas dan rumah dinas. Di banyak  negeri negeri maju di Eropa, Menteri Menteri nya pergi pulang ke kantor  naik kereta api karena mereka tidak mendapat mobil dinas pribadi, ungkap Erick.

Para pejabat negara  legislatif pusat  dan para kepala daerah di negara kita,  sebaiknya  ikut menyesuaikan diri dengan kondisi keuangan negara. Mestinya  merasa  risih ber mewah mewah  dengan melihat keadaan  konstituen dan rakyat yang masih lebih 30 juta orang miskin.

Erick menambahkan, apabila efisiensi dan kesederhanaan ini dimulai dari jajaran  legislatif, jajaran Menteri dan para Kepala Daerah maka   bangsa kita akan dapat cepat maju dan dan sejahtera. Presiden Prabowo itu sudah tunjukkan kesederhanaan mengendarai mobil produksi dalam negeri  Maung Garuda buatan PT. Pindad. Para Menteri, Gubernur dan Bupati mestinya malu kalau masih gunakan mobil mewah  Alphard buatan Jepang  milik negara yang dibeli dari uang rakyat.

Tentu selain langkah efisiensi besar besaran ini,   rakyat Indonesia berharap penegakan hukum terhadap penyalah gunaan jabatan, korupsi dan  pencucian uang negara  harus ditindak tegas oleh KPK dan Kejaksaan Agung  secara meluas kepada aparatur pemerintah dan swasta yang terbukti terlibat, tambah Erick. Punten kang .

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.