Home BUMN Robohnya Sumber Energi Kami… (BAGIAN 1 dari 3 Bagian)

Robohnya Sumber Energi Kami… (BAGIAN 1 dari 3 Bagian)

242
0

Robohnya Sumber Energi Kami (BAGIAN 1)

CATATAN EWINDO

Robohnya Surau Kami adalah sebuah kumpulan cerpen sosio-religi karya A.A. Navis. Cerpen ini pertama kali terbit pada tahun 1956, Nah tulisan diatas saya mengutip sabagaian judulnya.

APA hubungan dengan judul tulisan diatas? Hanya sekadar pendekatan Cerpen Robohnya Surau Kami menceritakan kisah tragis matinya seorang kakek penjaga surau di kota kelahiran tokoh utama cerpen tersebut. Nah di Indonesia yang kaya akan hasil bumi Gas dan minyak saat ini lagi terkena kasus besar. Ancurnya korupsinya di sektor migas yang dimakan oleh para penyamun.

Di balik gemerlap industri energi nasional, tersimpan kisah kelam yang menyeret nama-nama besar. Skandal suap di tubuh SKK Migas beberapa waktu lalu, ada juga kasus Dirut Pertamina yang sedang menjadi masa bui 13 tahun.  Hukuman Karen Agustiawan ini  diperberat MA jadi 13 Tahun awalnya 9 tahun penjara dimana putusan kasasi mantan Dirut Pertamina Galaila Karen Kardinah atau Karen Agustiawan. Hukuman Karen diperberat menjadi 13 tahun penjara, karen bukan sekadar cerita tentang uang yang berpindah tangan, melainkan potret bobroknya sistem yang mengatur hajat hidup orang banyak.  eks Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan nasibnya malang. Jauh sebelumnya ada korupsi besar juga Pertamina dimana sejak era Orde Baru, Pertamina sudah seperti sapi perah raksasa yang air susunya lebih sering masuk kantong pejabat daripada mengalir ke rakyat. Sarang penyamun.

Jus Soema Di Pradja, wartawan kawakan tiga zaman yang pernah malang melintang di Harian Indonesia Raya dan Kompas, pernah menuturkan semua ini dalam wawancara dengan jurnalis saya dimana pada akhir 1960-an, usia Orde Baru masih seumur jagung, Korannya Harian Indonesia Raya pernah menghebohkan dunia setelah berhasil membongkar skandal korupsi jumbo di Pertamina dengan nilai 10,5 miliar USD pada tahun 1969 itu. Koran Harian Indonesia Raya pimpinan Mochtar Lubis, pernah menulis panjang soal korupsi Pertamina dan memiliki data banyak. Bahkan Pemimpin Redaksi Moctar Lubis Indonesia Raya diminta ijin agar TPK izin menyalin  bahan-bahan korupsi yang di miliki Indonesia Raya. “Saat itu ada banyak bahan dan belum ada fotocopy, jumlahnya dua karung lebih, dan akhir yang menyalin secara manual dengan harganya saat itu tahun 1968 harga Rp 25 ribu. Jumlah itu besar saat itu,” jelas Jus.Kisah dari Jus soal Pertamina yang di bongkar Koran Harian Indonesia Raya ini sangat menarik dan menjadikan berita besar dan Mochtar Lubis pun harus berurusan dengan hukum. Namun sebagai media yang kuat dan independen saat itu memang risiko kalau selalu berlawananan dengan rezim yang merugikan bangsa.

Aktor utamanya, Ibnu Sutowo, Dirut Pertamina kala itu, adalah seorang jenderal yang dipercaya Soeharto mengelola industri minyak nasional. Tapi alih-alih mengelola minyak, ia justru mengelola duit dengan sangat inovatif —dari mark-up harga minyak mentah, pembelian kapal tanker, hingga pencurian minyak.

Bayangkan, harga minyak per barel bisa menguap 1 USD begitu saja. Maksudnya, di-mark-up dari nilai aslinya. Memang cuma 1 dolar. Tapi jika produksi harian Pertamina mencapai 250 ribu hingga 500 ribu barel, bisa ditebak ke mana miliaran dolar hasil mark-up bertahun-tahun itu melayang.

Mungkin kalau skandal ini terjadi di negara lain, pelakunya sudah masuk penjara dengan bonus seragam tahanan. Tapi di Indonesia? Ibnu Sutowo hanya dicopot dari jabatan. Tak ada hukuman, tak ada pengadilan. Pensiun dengan nyaman bahkan namanya jadi gedung diabadikan di Jalan HR Rasuna Said (seberang Gedung Merah Putih KPK) sebuah gedung ini bernama Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Gedung Ibnu Sutowo Jl. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta Selatan.

Tak hanya itu waktu itu Soeharto juga bahkan membela Sutowo. Ia lebih sibuk mengejar sumber yang membongkar skandal Pertamina ketimbang menindak pelakunya. Harian Indonesia Raya bukan hanya membongkar Pertamina, tapi juga menyoroti berbagai skandal lain, hingga proyek-proyek yang lebih banyak menguntungkan kroni-kroni penguasa.

 Jus mengatakan saat itu memang penuh warna dan cerita, siang itu memang sudah menyambut saya wartawan  junior yang jaraknya jauh. Lama ia menerima saya dari siang sampai  magrib tiba. Kalau tak ada hal lain saya mungkin akan bisa sampai pagi ngobrol apapun. Berbincang dengan Jus  penuh gairah dan inspirasi saya terbangun bicara soal media sampai politik dari dulu sampai konteks kekinian. Maka buku Jus secara lengkap dalam buku “Jus Soema di Pradja, Sang Jurnalis Pembakar Semangat” yang ditulis oleh Aendra Medita itu diluncurkan di  Citos Jakarta Selatan pada jumat 14 Februari 2025, bertepatan dengan peringatan ulangtahun Jus yang ke 78.

(BERSAMBUNG….)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.