
ENERGYWORLD.CO.ID – PAPUA SELATAN, Sebagai negara produsen minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia, peluang pemanfaatan teknologi biogas sangat besar karena tuntutan dari dalam dan luar negeri.
Pabrik biogas pun sudah berdiri di daerah-daerah penghasil sawit seperti Langkat dan Pulau Belitung. Terbaru pabrik biogas juga sedang dibangun di Papua Selatan, tepatnya di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua Selatan.
“Kita bangun pabrik biogas yang investasi di awal tentu akan besar. Tapi dalam jangka Panjang kita akan mengurangi penggunaan BBM di seluruh aktivitas kebun dan pabrik. Dengan pengembangan Biogas Power Plant yang dikoneksikan dengan BioCNG dalam jangka Panjang pasti ada bermanfaat bagi perusahaan maupun lingkungan,” jelas Luwy Leunufna, Direktur Tunas Sawa Erma (TSE) Group.
TSE Group, perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit yang membangun Biogas Power Plant pertama di tanah Papua Selatan. Dengan total investasi fasilitas biogas senilai USD 3.600.000, TSE Group mengubah POME (Palm Oil Mill Effluent) atau limbah cair kelapa sawit menjadi energi terbarukan.
Dari dua tangki biogas berkapasitas 7.800 meter kubik ini mampu menghasilkan listrik sebesar 2 MW yang digunakan untuk kegiatan operasional Palm Kernel Crushing Plant dan lain sebagainya. Ketika Biogas Power Plant ini berjalan, estimasi pengurangan emisi yang dilakukan TSE Group mencapai 60,708 ton CO2 per tahun dibandingkan dengan tanpa fasilitas ini.
Pembangunan biogas sekaligus sebagai bentuk realisasi perusahaan dalam upaya global mencapai Zero Emissions sampai dengan tahun 2050. Menurut Luwy, ini dijalankan atas dasar kesadaran dan keyakinan dari TSE Group bahwa Net Zero Emissions hanya bisa dicapai melalui kerja sama dan inovasi dari semua pihak yang terlibat dalam rantai nilai kelapa sawit.

sawit menjadi energi terbarukan. Biaya investasi awal yang digelontorkan TSE Group mencapai USD 3,600,000.