
ENERGYWORLD.CO.ID – Indonesia dan Mesir meningkatkan hubungan mereka menjadi kemitraan strategis selama kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Kairo, kata kantornya pada hari Minggu.
Prabowo dan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi menandatangani deklarasi bersama setelah pertemuan mereka di ibu kota Mesir pada hari Sabtu, kata Sekretariat Kabinet dalam sebuah pernyataan.
“Penandatanganan deklarasi bersama ini merupakan tonggak penting dalam hubungan diplomatik kedua negara, yang menandakan komitmen kuat Indonesia dan Mesir untuk meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat strategis,” bunyi pernyataan tersebut.
“Melalui kemitraan strategis ini, Indonesia dan Mesir berkomitmen untuk (memperkuat) kerja sama di berbagai bidang prioritas. Mulai dari hubungan politik, ekonomi, keamanan, pertahanan, budaya, dan pendidikan, serta hubungan antarmasyarakat.”
Subianto berada di Kairo sebagai bagian dari lawatannya selama beberapa hari ke Timur Tengah dan telah mengunjungi UEA dan Turki. Ini adalah kunjungannya yang kedua ke Mesir sejak menjabat pada bulan Oktober.
Mesir adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, dengan kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1947.
Baik Jakarta maupun Kairo meyakini bahwa “kemitraan mereka yang kuat dan bersejarah” akan memberikan “manfaat nyata” bagi negara dan rakyatnya, demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Mesir menempati peringkat ketiga di antara tujuan ekspor utama Indonesia di Timur Tengah dan Afrika Utara, tepat setelah UEA dan Arab Saudi.
Dengan volume perdagangan bilateral senilai sekitar $1,7 miliar pada tahun 2024, Mesir merupakan mitra dagang utama Indonesia di Afrika Utara saja. Minyak kelapa sawit, biji kopi, dan minyak kelapa merupakan beberapa ekspor utama Indonesia ke Mesir.
“Kunjungan Presiden Prabowo ke Mesir sangat penting. Kemitraan strategis yang dihasilkan darinya cukup luas dan akan bermanfaat bagi masa depan kedua negara,” kata Teuku Rezasyah, pakar hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran di Jawa Barat, kepada Arab News.
Meskipun perdagangan telah menjadi aspek besar hubungan bilateral, kerja sama pertahanan kemungkinan akan menjadi fokus kemitraan strategis, katanya.
“Bidang fokus yang paling mungkin adalah kerja sama pertahanan … karena Mesir memiliki pengalaman dalam menghadapi berbagai jenis tantangan di perbatasan,” kata Rezasyah, mengacu pada perbatasan darat bersama Mesir dengan sejumlah negara, termasuk Libya, Sudan, dan wilayah Palestina yang diduduki di Gaza.
Melalui kemitraan ini, Jakarta mungkin ingin belajar lebih dekat dari pengalaman Kairo dalam menangani berbagai masalah di Timur Tengah, mengacu pada perjalanan Prabowo yang sedang berlangsung ke kawasan tersebut yang ditujukan untuk meningkatkan peran Indonesia dalam mengakhiri perang Israel di Gaza.
Sebagai pendukung setia Palestina, pemerintah dan rakyat Indonesia memandang negara Palestina diamanatkan oleh konstitusi mereka sendiri, yang menyerukan penghapusan kolonialisme.
“(Belajar dari) pengalaman Mesir mungkin akan memungkinkan Indonesia untuk berperan aktif ketika terjadi krisis di Timur Tengah, dan ada peluang besar Indonesia akan mendapatkan mandat dari PBB untuk melakukannya,” kata Rezasyah.