
ENERGYWORLD.CO.ID – Harga minyak mentah turun pada hari Selasa karena investor menurunkan ekspektasi pertumbuhan permintaan mereka karena perang dagang yang sedang berlangsung antara AS dan China, dua ekonomi terbesar dunia.
Harga minyak mentah Brent turun 78 sen, atau 1,18 persen, menjadi $65,08 per barel pada pukul 10:49 waktu Saudi. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 75 sen, atau 1,21 persen, menjadi $61,30 per barel. Kedua harga acuan turun lebih dari $1 pada hari Senin.
“Pasar tengah memantau dengan saksama negosiasi perdagangan AS-Tiongkok, memahami bahwa memburuknya hubungan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia dapat membawa ekonomi global menuju resesi,” kata Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova.
“Kurangnya keyakinan terhadap permintaan di masa mendatang dan tidak adanya sinyal konkret mengenai pemulihan permintaan di daratan Tiongkok akan terus membayangi harga minyak.”
Dorongan Presiden AS Donald Trump untuk merombak perdagangan dunia dengan mengenakan tarif pada semua impor AS telah menciptakan risiko tinggi bahwa ekonomi global akan tergelincir ke dalam resesi tahun ini, menurut mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
China, yang terkena tarif paling tinggi, telah menanggapinya dengan mengenakan tarif sendiri terhadap impor AS, yang memicu perang dagang antara dua negara konsumen minyak terbesar. Hal itu telah mendorong para analis untuk menurunkan tajam perkiraan permintaan dan harga minyak mereka.
Barclays pada hari Senin memangkas perkiraan harga minyak mentah Brent tahun 2025 sebesar $4 menjadi $70 per barel, dengan alasan meningkatnya ketegangan perdagangan dan perubahan strategi produksi oleh kelompok OPEC+ sebagai pendorong surplus pasokan minyak sebesar 1 juta barel per hari tahun ini.
Sementara itu, beberapa anggota OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, akan menyarankan percepatan kenaikan produksi untuk bulan kedua berturut-turut pada bulan Juni, sumber mengatakan kepada Reuters minggu lalu.
“Penurunan harga (minyak) yang substansial tampaknya mungkin terjadi jika negara-negara pengekspor meningkatkan produksi,” kata analis minyak Philip Verleger dalam sebuah catatan.
Persediaan minyak mentah AS juga kemungkinan naik sekitar 500.000 barel dalam pekan yang berakhir 15 April, menurut jajak pendapat awal Reuters terhadap para analis pada hari Senin.
Kelompok industri American Petroleum Institute akan menerbitkan estimasi persediaan minyak AS pada hari Selasa. Angka resmi dari Energy Information Administration akan menyusul pada hari Rabu. RE/EWI
sumber Arabnews