POTENSI PRODUKSI MINYAK SAWIT NASIONAL 170 JUTA TON/TAHUN REALISASI 50 JUTA TON, APA YANG SALAH?
Memet Hakim
Senior Agronomis Kelapa Sawit, Pendiri Metoda Production Force Manajemen
Dewan Penasihat APIB & APP TNI
Kelapa sawit yang ditanam saat ini umumnya berasal dari bibit hasil persilangan (hibrida), sehingga tanaman seperti ini rakus akan mendapat pupuk, tetapi potensinya sangatlah besar. Bandingkan saja potensi kelapa sawit DURA (Non hibrida) hanya mampu menghasilkan sebesar 12 ton tbs/ha atau minyak sawit sebanyak 2.75 ton/ha dibandingkan dengan potensi kelapa sawit hibrida sebesar 40-45 ton tbs/ha atau minyak sawit sebanyak 11–13.5 ton/ha/tahun. T etapi mengapa realisasi produksi nasional baru mencapai 2.85 ton minyak sawit/ha/tahun atau hanya sekitar 25 % dari potensi sebenarnya . Pasti ada yang salah pada manajemen kelapa sawit Indonesia, mengapa produktivitasnya buruk.
Potensi Produktivitas minyak sawit unggul adalah >10 ton/ha/tahun , sehingga jika tercapai 80 % nya saja yakni 8-9 ton/ha/tahun, sudah dapat dikatakan baik sekali. Peluang meningkatkan realisasi produktivitas minyak sawit dari 3 ton menjadi 8 ton/ha/tahun sangat terbuka lebar, yaitu Pertama masalah teknis budidaya dan Kedua adalah memberikan pupuk sesuai kebutuhannya atau jika pemerintah cerdik menyiapkan subsidi pupuk agar produksi minyak sawit nasional meningkat secara tajam, Ketiga menggunakan metode Manajemen Akar & Kanopi dan Keempat adalah jumlah Pemanen & kondisi jalan produksi untuk meluncurkan angkutan ke Pabrik.
Pertama , fakta dilapangan banyak sekali kebun kelapa sawit rakyat dan Perkebunan besar yang tidak dirawat dengan semestinya, bahkan banyak yang tidak dipupuk selama bertahun-tahun, akibatnya produksi semakin turun. Nah apakah mungkin menanam kelapa sawit tanpa pupuk dapat berhasil dengan baik? Tentu saja tidak, perawatan ala kadarnya, tidak menguntungkan usaha kelapa sawit, membiarkan pencurian tandan juga merugikan. Masalah agronomi harus menjadi prioritas utama, karena sangat menopang produktivitas rendahnya.
Kedua , seperti diketahui tanaman Kelapa Sawit ini sangat responsif terhadap pemupukan. Memberikan pupuk sesuai “rekomendasi yang benar” dan jika memungkinkan pemerintah menyiapkan subsidi pupuk yang selama ini tidak pernah ada, maka produksi minyak sawit nasional akan meningkat secara signifikan. Secara umum dosis tanaman yang dihasilkan adalah sebesar 8 kg campuran pupuk/ pohon/tahun, pada beberapa lahan saja dapat terjadi diatas 10 kg/ha/tahun. Dari simulasi ternyata titik efisiensi ekonomisnya berada diatas 12-13 kg pupuk/ha/tahun, walaupun harga pupuk saat ini tergolong mahal (Rp 6.000-11.000/kg).
Menurut kalkulasi, ternyata pula biaya subsidi pupuk ini bukan bantuan cuma-cuma kepada petani (pemborosan), tetapi justru menambah kas Negara yang jauh lebih besar dari nilai subsidi. Biaya subsidi pupuk sebesar 18 juta ton sekitar Rp 90 trilyun , dalam tempo tidak lama (1.5 tahun) uang masuk dari Bea Keluar, Pungutan Ekspor dan Ppn 11 % totalnya Rp 186 trilyun . Selain itu akan menambah “pendapatan” dan “peredaran uang” sebesar 300-500 trilyun di daerah sawit, sehingga efek ganda dan perputaran ekonomi akan lebih cepat. Hal ini akan terjadi jika seluruh dana hasil penjualan ekspor dan dalam negeri tidak dibawa dsan disimpan ke luar negeri.
Tanpa pemupukan yang cukup dalam arti dosisnya cukup, tepat, frekuensinya memadai dan waktunya tepat, maka keunggulan bibit unggul (hibrida) tidak ada artinya. Tanaman kelapa sawit memang dapat menjadi “senjata politik” yang mumpuni, apabila kebunnya dikelola secara profesional. Jika memiliki kebun sawit tidak mampu memeliharanya dan tidak mau memupuk, lebih baik dijual saja kebunnya kepada Perkebunan BUMN, agar lebih bermanfaat bagi Masyarakat dan negara. Rendahnya produktivitas kelapa sawit tentu saja menjadi urusan negara, karena merugikan petani, pengusaha dan negara juga.
Rekomendasi Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit berdasarkan Pedoman Analisa Daun sbb:
Dengan dosis rata-rata 8 kg pupuk/pohon/tahun, maka produksi tandan buah segar dari 12-13 ton/ha/tahun diprediksi akan menjadi 23-25 ton tbs/ha (6 -7 ton) minyak sawit/ha. Pendapatan petani & pengusaha akan meningkat drastis dari Rp 15 juta/ha menjadi Rp 50 juta/ha/tahun, artinya ada penambahan pendapatan luar biasa di lapangan, dampaknya tentu saja angka kemiskinan berkurang.
Ketiga , menggunakan teknologi Rekayasa Agronomi yakni metode Production Force Management. Metode ini terdiri dari “Manajemen Akar & Kanopi” yang memungkinkan hasil meningkat antara 60 % -100 %. Dengan menggunakan teknologi ini pemupukan lebih efisien. Biaya penerapan teknologi ini berkisar sekitar Rp 2 juta/ha cukup untuk selama 4 tahun (Rp 500.000/tahun/ha), dapat menghemat 25-30 % biaya pupuk. Jika dosis pupuk 8 kg/ha/tahun atau 1.000 kg/ha/tahun, nilai biayanya sekitar 10 juta, maka biaya penghematannya antara 2.5 – 3 juta/ha/tahun.
Keempat , memastikan “jumlah Pemanen cukup” dan “jaringan jalan produksi dan jalan utama yang menuju ke Pabrik Kelapa Sawit” dalam kondisi baik untuk dilalui. Jumlah pemanen ini tentu saja akan menjamin kestabilan pemasok tandan buah segar ke pabrik, sehingga pula kondisi jalan produksi harus terawat dan dapat dilalui dengan baik. Perawatan jalan produksi dapat mempengaruhi biaya panen dan angkutan produksi, semakin buruk jalan semakin buruk malah biaya angkutan dan semakin mahal juga biaya panennya serta dapat meningkatkan kerugian buah di lapangan baik berupa brondolan maupun tandannya.
Jika upaya keempat ini dilakukan, maka produktivitas minyak sawit Nasional dari reratanya 2.847 ton/ha/tahun, bisa didongkrak menjadi minimal 5 ton/ha/tahun . Dengan demikian jika jumlah kebun kelapa sawit di seluruh Indonesia ada 17 juta ha, maka produksi minyak sawit Nasional akan menjadi minimal 85 juta ton/tahun . Jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, Bio Diesel, Bio Avtur dan Bensa, tanpa mengganggu kuota ekspor.
Peningkatan minyak sawit dari 2.8 ton menjadi 5 ton sebenarnya hanya 50 % dari potensi tanaman totalnya adalah 85 juta ton , tidaklah sulit mencapainya. Potensinya sebenarnya 10 ton minyak sawit, artinya produksi minyak sawit nasional menjadi 170 juta ton . Apabila total areal berkembang menjadi 20 juta ha saja dengan menanami seluruh lahan yang telah berijin, namun belum ditanami, maka produksi Minyak Nasional Indonesia akan mencapai 200 juta ton/ha . Ini pekerjaan rumah pemerintah untuk memperkuat Ketahanan Energi sekaligus meningkatkan pendapatan petani kelapa sawit & pengusahanya.
Masalah produksi minyak sawit nasional ini, walaupun potensinya begitu baik, semuanya tergantung pemerintah, karena kendalinya ada di pemerintah. Petani yang luasnya 6.1 juta, seluruhnya dibawah pelatihan Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten, Perkebunan sawit BUMN seperti PTPN, RGN, APN yang luasnya hanya 0.78 juta ha dibawah kendali BUMN, meskipun secara teknis dikawal oleh Balai Penelitian seperti PPKS, Perkebunan swasta/asing tercatat 7.96 juta ha masing-masing masih berdiri sendiri, perlu dikontrol secara teknis oleh Dirjenbun, agar produksi minyak nasional mendekati potensinya.
Bandung 2 Mei 2025