Home Kolom MENYAMBUT INDONESIA MENJADI UNI SOVYET ERA MODERN ATAU MENJUAL

MENYAMBUT INDONESIA MENJADI UNI SOVYET ERA MODERN ATAU MENJUAL

5081
3

MENYAMBUT INDONESIA MENJADI UNI SOVYET ERA MODERN ATAU MENJUAL

DIRI KE CHINA

Oleh : William Win Yang – Ahli Strategi Bisnis – Penulis Bisnis Terlaris

 

 

Sebelum sampai ke Uni Sovyet, Pertama, ijinkan saya mengutip sebuah artikel dari media Kumparan terkait hal ini :

Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan mantan Direktur Utama PT Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, sebagai tersangka atas dugaan mencakup dana kredit dari Bank BJB dan Bank DKI senilai total Rp 692 miliar. Dana yang seharusnya digunakan untuk modal kerja justru dipakai untuk membayar utang pihak ketiga dan membeli aset non-produktif seperti tanah di Jogja dan Solo.

Jadi apa? Saya sampai baca berkali-kali kutipan di atas, seandainya ada sesuatu yang hilang. Karena hal diatas setahu saya bukan suatu pelanggaran serius, dan kalaupun ya, ini perdata bukan pidana. Ini bukan pinjaman bodong, dimana pengusaha meminjam banyak dari bank, dengan aset yang jauh di bawah nilai pinjamannya, kemudian lari ke luar negeri (yang mana saya setuju itu adalah pidana). Dan yang terutama adalah Ini adalah hal yang saya yakin 1000%, dilakukan semua pengusaha yang kondisi perusahaannya sedang bernafas, untuk mencegahnya dari keruntuhan. Betul kan? Apa yang kamu lakukan saat perusahaan kekurangan uang? Ya cari pinjaman atau investor. Apapun itu, yang penting kita punya uang untuk membayar kewajiban kita, terutama hutang. Dan bukan hanya pengusaha, bukan negara kita juga begitu? Berhutang untuk mencicil hutang lama? bukankah Amerika juga begitu? 

Lalu membelinya untuk membeli tanah, yang merupakan aset tidak produktif. Nah, apakah aset ini dibeli atas nama pribadi atau keluarga? Jika ya, itu adalah penggelapan, tapi jika tidak, harusnya ini bukan juga pidana. Tapi bukankah ini tetap penyalah gunaan? Ya bisa dibilang demikian, namun saya bisa menebak alasan di belakangnya: 

1. Tidak ada tujuan berinvestasi pada aset produktif atau bahan baku, atau segala sesuatu yang terkait dengan produksi lainnya, karena penjualan sudah mentok dan tidak bisa dinakikan lagi secara signifikan

2. Maka pilihan yang paling rasional adalah membeli tanah, yang diharapkan akan naik tahun depan, dan tanah ini kemudian akan digunakan untuk bank tabungan, untuk mendapat pinjaman dan memperpanjang pasokan perusahaan, sambil menunggu situasi membaik. 

Ini adalah yang disebut Crisis Mode , yang saya tulis dalam buku saya Dragon Slayer Trading Strategy . Satu kondisi dimana, situasi sangat buruk, maka pertanyaannya bukan lagi besok kita mau buat apa, tapi lebih pada dengan kondisi sekarang, kita bisa bertahan berapa lama? Dan Bank sangat memahami hal ini, dan mendukung para nasabah dalam melakukan ini. Kenapa? Sederhana saja, karena mereka tidak mau nasabahnya bangkrut. Kalau bangkrut, mereka akan dianggap gagal, kemudian dihukum. Meskipun dalam banyak kasus, perilaku ini membuat lubang yang digali semakin dalam saja.

Tetap saja ini melanggar dan merugikan negara. Harus ditindak!!!

Yakin mau menindak? Apa sudah tahu konsekuensinya?

Ah Cina kaya macam itu bisa apa?

Poin bagus! Tapi masalahnya bukan apa yang bisa dia lakukan, tapi apa yang akan dilakukan orang yang melihat hal ini?

Kalau begitu mereka semua salah!!! Dan harus ditindak!!!!

Ya! Itu maksud saya. Semua orang salah! Dan disitulah masalahnya. Ini adalah praktik umum. Suatu hal yang dilakukan semua pengusaha saat arus kas mereka macet. Dan kadang-kadang hal semacam ini didukung oleh bank. Apalagi bank yang ajarin. Karena bank tidak mau jika nasabah gagal membayar. Dan kalaupun melanggar ini adalah pelanggaran perdata, bukan penggelapan uang bank (memalsukan dokumen, pinjam uang bank, kemudian lari, meninggalkan bank harus menyita jaminan yang tidak layak).  

Saat ini, hal yang seharusnya biasa ini menjadi pidana yang merugikan negara. Bahkan dianggap korupsi. Artinya, sekarang banyak sekali pengusaha yang tadinya tidak melakukan apa-apa, bisa dianggap melakukan kejahatan penggelapan.

Apakah kamu salah satunya?

Publik media sosial segera dibanjiri dukungan terhadap tindakan kejaksaan. Para pejabat ramai-ramai berlomba-lomba tampil memberi dukungan kejaksaan dan mengutuk tindakan Sritex. Sementara itu, mereka melakukannya diam-diam tanpa pembelaan. Hanya memendam kekesalan dan bersembunyi di hati. Mereka tidak bisa menyuarakan ketidakadilan ini karena takut dianggap salah (dan memang sampai derajat tertentu, ini adalah kesalahan). Namun jangan salah… meskipun diam, jumlah mereka banyak sekali, bagai bintang di langit. Bahkan Inul Daratista pernah mengatakan : bahwa Inul Vizta itu merugi, dan hanya bisa bertahan karena terus dikasih pinjaman oleh BCA. Dia tidak mau menutup Inul Vizta, karena memikirkan nasib para karyawannya.

Menuju Uni Soviet?

 

Lalu apa hubungannya dengan Uni Soviet? Tunggu, kita akan kesana. Sekarang kita bahas dulu dampak ekosistemnya :

1. Kalau Sritex bisa dikriminalisasi atas hal ini, maka bank-bank lain bisa melakukan hal yang sama terhadap para nasabahnya

2. Motifnya bisa bermacam-macam: bisa karena memang ingin memenjarakan pengusaha nakal, bisa juga karena oknum bankir yang ingin memeras nasabahnya demi uang atau hal lain, bisa juga karena ingin cari kambing hitam untuk menutupi korupsi atau kebobrokan di bank yang mereka kelola, atau hal lain yang belum bisa kita duga sekarang.

3. Terlepas dari dukungan positif di media sosial terhadap penangkapan bos Sritex, akan ada banyak pengusaha merasa ketakutan, karena apa yang mereka lakukan kini dianggap suatu kejahatan, dan mungkin saja di masa depan, mereka bisa menjadi objek pemerasan oleh oknum-oknum. ( Aaahhh saya dapat mendengar suara-suara yang mengatakan : biar saja mereka ketakutan). Tapi jangan salah. Banyak diantara orang yag kamu bilang jahat itu merasa dirinya pahlawan, karena mempertahankan kerugian bisnis demi melindungi karyawan mereka (contohnya si Inul). Dan dengan perlakuan seperti ini, akan mulai banyak yang merasa dirinya dikhianati oleh negara yang sedang mereka bela.

4. Biasanya orang jika ketakutan itu akan melakukan tindakan untuk menyelamatkan diri. Bisa dengan mengerem ekspansi (misalnya menahan buka cabang baru, karena takut dikriminalisasi karena ada titik yang terlewat), bisa dengan memilih untuk membangkrutkan saja perusahaannya dan membiarkan seluruh karyawannya menganggur, bisa dengan diam-diam mulai memindahkan harta kekayaan mereka keluar negri, karena merasa negri ini tidak aman lagi bagi mereka, bisa juga menjadi nekad melakukan pinjaman sebanyak mungkin, kemudian kabur (toh sudah terlanjur basah), besoknya para karyawan akan datang ke perusahaan dengan karena itu, karena perusahaan sudah tutup entah kenapa mereka.

5. Tapi sekarang ada CRS (Common Reporting Standard) yang memungkinkan uang orang Indonesia dikejar ke luar negeri.

6. Oh tidak mengulanginya Fergusso… mereka bisa menyamarkan uang mereka melalui nominee atau perusahaan cangkang. Dan yang lebih populer saat ini adalah melepaskan kewargaan negara mereka, hingga Indonesia tidak lagi bisa menindak mereka.

7. Oke, silahkan orang berpendapat. Bisa menuduh mereka tidak nasionalis, atau menuduh mereka penjahat. Itu terserah saja. Tapi mereka adalah orang-orang yang ketakutan dan merasa tidak aman dengan negaranya. Mereka yang merasa bahwa ini bukan lagi rumah mereka.

8. Mereka yang kabur ke luar, kemungkinan besar tidak akan melakukan bisnis lagi, dan memilih untuk menyimpan saja uang mereka dalam investasi yang aman, sambil menunggu situasi membaik. Artinya, kemungkinan tidak ada investasi tambahan ke Indonesia.

9. Ya ya ya, saya masih mendengar suara yang mengatakan : Biar saja para pencuri pergi, kita berdikari. OK, tapi kita bicara bukan hanya orang yang lari, tapi modal dalam skala besar yang lari, dan juga talenta-talenta terbaik yang lari. Yakin kamu bisa menggantikan mereka? kalau yakin, kenapa kamu tidak melakukannya sekarang? Ya, kemungkinan besar karena kamu tidak bisa. Atau ternyata bisnis yang ditinggalkan oleh para pengusaha adalah bisnis yang sebenarnya tidak lagi menguntungkan (seperti bisnis tekstil misalnya)

10. Dan larinya orang sekelas itu bukan hanya membawa harta benda dan talenta, tapi juga jaringan mereka, dan kisah penderitaan mereka ke luar negri. Dalam sekejab kebusukan Indonesia akan terpampang nyata di seluruh dunia, dan membuat orang lain juga ketakutan, atau berpikir dua kali sebelum berinvestasi di Indonesia. 

Catatan : Pada saat saya menulis ini, sudah mulai banyak pengusaha yang #kaburajadulu, karena takut dikriminalisasi. Dan tentu saja bukan karena kasus Sritex, tapi karena kasuskasus lain, seperti takut di peras, dan takut di kriminalisasi. Oke, selanjutnya apa?

11. Dengan perginya smart money dan smart talent dari negri ini, maka akan banyak pengangguran yang sangat mungkin bergabung dengan ormas tertentu, yang mungkin saja menggantungkan kehidupan dari pemerasan kepada pengusaha. Namun jika kekurangan pengusaha, siapakah rekan mereka? Kemungkinan besar, tuntutan semakin besar kepada pengusaha yang tersisa, yang menyebabkan banyak pengusaha kabur. Dan demikianlah lingkaran setan ini terus berlanjut

12. Jika demikian, maka pemerintah harus turun tangan. Tapi bagaimana caranya? Mungkin dengan uang dari Danantara mereka mengambil alih pabrik-pabrik. Tapi pabrik apa? Tekstil? Tekstil apa? Batik, kebaya, mode-mode terbaru, baju anime? Bisakah mengatur semuanya? Apakah ada talentanya? Atau pabrik mainan? Mainan apa? Apa lakunya? Ga mungkin kita buat satu mainan yang bisa diseragamkan ke seluruh penduduk Indonesia. Pabrik-pabrik macam ini diperlukan bagi para pengusaha yang gigih, memiliki visi ke depan, atau sekadar ingin mewujudkan impian masa kecil mereka. Dan hal-hal macam ini terlalu rumit dan beresiko dalam pengelolaan pemerintah yang sarat dengan politik (kemungkinan yang Ditempatkan di pabrik adalah yang ada kaitannya dengan politik)

13. Jadi, pabrik-pabrik yang membuat barang inovasi dan ceruk pasar hampir tidak mungkin digerakkan oleh pemerintah. Maka pabrik yang ada adalah yang mudah dikelola : yaitu pabrik skala besar yang produknya sudah standar di dunia : seperti baja, seragam tekstil, seragam pertanian, dan semacamnya 

Selamat datang di era Uni Soviet modern

Untuk lebih paham, saya jelaskan sedikit, apa itu Sovyet. Sovyet artinya adalah dewan atau perwakilan. Soviet ini akan berdiri di titik paling rendah yaitu desa, kecamatan, kota, provinsi, dan akhirnya negara. Sovyet akan mewakili tiap elemen masyarakat yang diakui : seperti petani, buruh baja, buruh tambang, buruh pabrik, militer, dan sebagainya (detilnya bisa dipelajari di Wikipedia), yang fokus menjamin semua suara yang mewakili dan kepentingan mereka terakomodir. Sovyet-sovyet yang kecil ini akan diduduki oleh sovyet yang lebih tinggi sampai negara. Itulah kenapa namanya adalah gabungan sovyet alias Uni Sovyet.

Kebetulan sekali, negara kita sedang membangun koperasi merah putih yang selain berpotensi dijadikan sebagai mesin cuci uang yang sangat rumit dan sulit di audit, koperasi ini bisa menjadi Sovyet di tingkatan paling rendah.

Wah idenya bagus dong! Artinya kepentingan rakyat akan di akomodir, dan ekonomi akan makmur. 

Oh begitu? Lalu kenapa Uni Soviet gagal? Kenapa barang-barang dari Uni Sovyet (kecuali militer dan antariksa) begitu jelek kualitasnya?

Jawabnya karena korupsi dan inkompetensi. 

Dalam skala yang sedemikian besar hampir tidak mungkin mengaudit secara benar, apalagi jika mereka sepakat bersekongkol untuk menggerakkan uang (dari DANANTARA misalnya). Apalagi jika mereka diisi para petugas partai, yang diberi tugas mencari uang oleh partainya. 

Dalam skala yang begitu besar juga, hampir tidak mungkin menempatkan orang-orang berkompeten. Karena selain dibutuhkan skill, ada juga passion, dan integritas. Dalam skala yang sedemikian besar, sangat sulit dilakukan, apalagi jika partai-partai pendukung pemerintah meminta kadernya ditempatkan disana. Belum lagi ormas-ormas lokal. Dan bukan sekedar korupsi, Sovyet-sovyet berpotensi dijadikan alat para operatornya untuk memeras atau menjegal para pengusaha yang baru bangkit dan berpotensi menjadi pesaing mereka.

Tapi mungkin aja kan, Partai dan ormas menempatkan kader terbaik mereka yang berkompeten dan berintegritas? Ya ya ya, semua mungkin terjadi, hanya sulit dibayangkan, terutama setelah melihat apa yang terjadi di negara kita, dan kwalitas SDM nya.

Tapi mungkin aja entah bagaimana kita menemukan cara untuk membuatnya berjalan baik, tidak seperti Uni Soviet yang terdahulu. Kan tim ekonomi kita berisi orang-orang yang sangat teramat hebat.

Siap menyambut era Uni Soviet? 

Jual diri ke China

 

Ataaauuuu kalau kita tidak mau menjadi Uni Sovyet, namun kita masih mau memiliki pabrik yang begitu banyak dan memperkerjakan banyak orang, ada cara lain : Jual ke China. Dan izinkan pengusaha China yang mengoperasikan semuanya.

Kenapa Cina? Kenapa bukan negara lain? Karena pengusaha dari Tiongkok terbukti sebagai pengusaha tahan banting yang mampu beradaptasi terhadap pungli dan keanehan pemerintahan lainnya (coba lihat, mereka sukses besar di Afrika yang terkenal dengan pungli nya).

Tapi ini menjadi lucu…. Kita mengusir pengusaha kita, dan menggantinya dengan pengusaha import dari China. Dan lebih lucu lagi, Yang lebih lucu lagi, saat mereka sukses dan go public, sahamnya dibeli oleh pengusaha kita yang sedang #kaburajadulu. Yang artinya mereka dimodali oleh uang pengusaha kita sendiri, tapi kita tidak lagi memilikinya…. Kemudian munculah narasi : Cina-Cina menjajah ekonomi kita…

Sebagai penutup, ijinkan saya sampaikan kutipan dari Konghuchu, yang saya kutip dari buku saya “ The Mandate of Heaven” :

Ada 3 hal penting dalam mengelola negara

Yang pertama adalah makanan, yang kedua adalah keamanan, yang ketiga adalah kepercayaan

Jika harus buang satu, buang keamanan, jika harus buang satu lagi, buang makanan

Manusia memang tidak bisa hidup tanpa makan, tapi tanpa kepercayaan tidak ada negara

 

~Konghuchu~

Saat negara paling terpuruk, hal yang penting adalah

menjaga kepercayaan masyarakat. Meyakinkan mereka kalau ini adalah rumah mereka. Bukan dengan buzzer atau berita yang di plintir, tapi dengan benar-benar membuat mereka merasa aman. Dengan demikian, mereka akan bersedia berkorban mempertahankan negara. Jika kepercayaan itu sudah hilang, maka yang terjadi adalah #kaburajadulu. 

Dan satu hal lagi…

 

Penangkapan bos Sritex ini kebetulan sekali dengan jaminan pemerintah untuk melakukan perlindungan pada Sritex yang gagal, dan jaminan pemerintah untuk memperkerjakan kembali karyawan Sritex yang tidak jelas juntrungannya. Apa yang mungkin menangkap bos Sritex ini lebih pada untuk menjaga wibawa pemerintah karena gagal menyelamatkan para karyawan Sritex? Jadi narasinya : ini semua salah si Cina itu tu… Terus lupa deh tanggung jawab untuk memperkerjakan kembali karyawan yang kena PHK itu…

Tapi ah ini hanya dugaan saja…

-aku aku aku-

3 COMMENTS

  1. Ketika baca Iwan Setiawan Lukminto ditahan, bagi saya ini aneh, mosok ISL sedungu itu dlm menyelewengkan duit utang. Terimaksh, tulisan diatas mengurai keanehan saya

  2. Benar yg salah.. Salah yg benar ibarat benang, cara dan maksud serta tujuan.. Bisa tidak pada akhirnya menyelamatkan perusahaan atau tempat usaha dimana banyak orang bergantung didalam nya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.