Dari Teknologi Downstream hingga Sertifikasi Tenaga Kerja, Ini Sorotan Baru TPOMI 2025 di Bandung
ENERGYWORLLD.CO.ID – Ajang TPOMI (Technology & Talent Palm Oil Mill Indonesia) akan kembali digelar untuk ketiga kalinya di Bandung pada 8–10 Juli 2025 mendatang. Forum tahunan yang diinisiasi Media Perkebunan dan Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) ini semakin menegaskan komitmennya dalam memperbarui teknologi dan pengembangan sumber daya manusia di industri pengolahan kelapa sawit, termasuk sektor hilir.
“Meski industri sawit telah lebih dari seabad beroperasi di Indonesia, masih sangat minim pembaruan teknologi dalam pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) menjadi CPO (Crude Palm Oil),” kata Hendra J. Purba, Sekretaris Jenderal P3PI.
Berbeda dari dua penyelenggaraan sebelumnya yang hanya menitikberatkan pada teknologi pengolahan di pabrik kelapa sawit, TPOMI 2025 mulai merambah sektor hilir. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) akan memamerkan berbagai hasil riset hilirisasi yang telah mereka biayai, baik dalam bentuk booth pameran maupun presentasi materi.
Menurut Posma T. Sinurat, Kepala Bidang Pabrik Kelapa Sawit P3PI, TPOMI memiliki keunggulan dibandingkan forum sejenis karena tidak hanya menampilkan inovasi teknologi, tapi juga membahas pengembangan talent atau sumber daya manusia.
“Materi TPOMI bermanfaat bagi seluruh pelaku industri, dari staf, asisten, manajer, hingga direktur dan pemilik pabrik,” ujarnya.
Isu strategis seperti keberlanjutan, ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), kredit karbon, dan regulasi terkini turut menjadi pembahasan. Salah satu topik yang mendapat sorotan adalah teknologi pengolahan limbah. Tiga penyedia teknologi mempresentasikan konsep pabrik tanpa limbah, sementara manajemen dari tiga perusahaan sawit terbesar di Indonesia memaparkan strategi continuous improvement demi efisiensi operasional.
Masalah klasik rendemen juga dibahas. Sering kali, terjadi gesekan antara pihak kebun dan pabrik ketika rendemen turun.
“Minyak dibentuk di kebun, pabrik tidak bisa menaikkan rendemen, tapi bisa menurunkannya jika pengelolaan tidak baik,” kata Hendra.
Untuk itu, konsep Total Productive Maintenance dari Jepang telah diterapkan di sejumlah pabrik sawit dalam enam tahun terakhir untuk menekan losses dan menjaga rendemen tetap tinggi.
Selain CPO, sawit juga menghasilkan PKO (Palm Kernel Oil). Kini, harga PKO hampir menyamai CPO, menjadikannya potensi tambahan profit. Dalam forum ini, kernel loss dengan target di bawah 0,2% pun menjadi fokus.
TPOMI juga mendorong adanya regulasi terkait perdagangan karbon khusus untuk industri sawit.
“Indonesia belum memiliki aturan wajib tentang karbon trading di sektor ini, padahal ini isu global yang tidak bisa dihindari,” ujar Hendra.
Situasi global, termasuk kebijakan tarif ekspor minyak sawit dari Amerika Serikat yang diberlakukan sejak era Presiden Donald Trump, turut menjadi perhatian. Dalam forum ini akan dibahas strategi pabrik sawit untuk tetap meraih keuntungan meski dalam kondisi krisis.
P3PI juga menuntut pemerintah segera menerapkan sertifikasi bagi tenaga kerja pabrik sawit.
“Regulasinya sudah ada, tapi belum dijalankan. Sertifikasi penting agar kualitas tenaga kerja meningkat dan produktivitas pabrik ikut terdongkrak,” ujar Posma.***