Indonesia Bermartabat, Indonesia Jaya: Menyongsong 100 Tahun Merdeka tahun 2045
Catatan dari Cilandak Aendra MEDITA*)
INDONESIA adalah sebuah janji. Sebuah janji yang lahir merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, saat Sukarno-Hatta membacakan proklamasi di Jakarta. Janji itu bukan sekedar kata-kata, melainkan ikrar kolektif kolektif sebuah bangsa: untuk merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Tujuh puluh delapan tahun sudah janji itu menggema, dan kini kita terpampang di depan: tahun 2045, seratus tahun Indonesia merdeka. Sebuah momen emas yang disebut sebagai Indonesia Emas 2045.
Namun pertanyaan yang tak bisa dihindari adalah: apakah kita benar-benar menuju ke sana? Siapkah Indonesia menyambut usia seabad kemerdekaannya dengan kejayaan, atau justru masih berkutat dalam pusaran masalah lama yang tak kunjung selesai?
Indonesia Hari Ini: Potret yang Mengkhawatirkan
Di tengah geliat demokrasi dan teknologi, kita menyaksikan paradoks. Indonesia tumbuh menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, dengan ekonomi yang stabil, masuk dalam jajaran G20, dan diakui sebagai salah satu potensi kekuatan di Asia. Namun di balik angka dan retorika, wajah lain Indonesia tampak muram.
Korupsi masih merajalela. Dari tingkat kewenangan kecil hingga puncak kekuasaan, praktik suap dan wewenang masih menjadi penyakit kronis. Laporan demi laporan menunjukkan bagaimana uang rakyat dikuras untuk kepentingan segelintir elite. Hukum kerap tumpul ke atas, tajam ke bawah.
Kesenjangan sosial juga melebar. Sementara segelintir orang hidup mewah dengan kekayaan berlipat ganda, masih banyak rakyat yang harus berjuang hanya untuk makan sehari-hari. Anak-anak di pelosok negeri harus sepanjang sungai tanpa jembatan demi sekolah, sementara di kota besar anak-anak kelas menengah sibuk dengan gawai dan mall.
Lingkungan pun tidak kalah memprihatinkan. Hutan-hutan digunduli, sungai tercemar, laut dieksploitasi. Padahal, tanah air Indonesia adalah rahim peradaban. Jika rahim ini rusak, masa depan bangsa pun ikut rapuh.
Indonesia Bermartabat
Meski begitu, harapan tidak pernah padam. Indonesia punya modal besar: demografi muda, kekayaan alam, budaya yang beragam, dan posisi strategis di dunia. Semua itu bisa menjadi energi untuk melompat lebih tinggi.
Visi 2045 bukan sekadar jargon politik. Ia harus menjadi cita-cita kolektif bangsa. Indonesia bukan emas hanya berarti kaya, tapi juga luas. Martabat yang lahir dari:
1.Kedaulatan Politik: Indonesia tidak boleh menjadi negara satelit kekuatan asing. Kebijakan luar negeri harus didasarkan pada kepentingan nasional, bukan tekanan geopolitik global. Demokrasi harus dijaga dari kooptasi uang dan oligarki.
2.Keadilan Sosial: Seratus tahun kemerdekaan harus menjadi titik di mana janji dalam Pembukaan UUD 1945 benar-benar ditegakkan: melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak boleh ada lagi anak Indonesia yang putus sekolah karena miskin, tidak boleh ada rakyat yang mati karena tak mampu berobat.
3.Kemajuan Ilmu dan Teknologi: Indonesia harus bertransformasi dari bangsa konsumtif menjadi bangsa inovatif. Kampus, laboratorium, dan pusat penelitian harus menjadi pusat peradaban. Anak-anak muda harus didorong untuk menciptakan teknologi, bukan sekadar mengimpor.
4.Kebudayaan Unggul: Dunia harus mengenal Indonesia bukan hanya karena Bali atau batiknya, tapi juga karena gagasan-gagasan besarnya. Seni, sastra, dan tradisi lokal harus dirawat, sekaligus diproyeksikan sebagai kekuatan lunak (soft power) yang membuat dunia menghormati kita.
5.Lingkungan Berkelanjutan: Kejayaan tidak ada artinya jika bumi rusak. Indonesia harus menjadi contoh negara yang mampu menjaga hutan, laut, dan tanahnya. Energi terbarukan harus menjadi masa depan. Anak cucu kita dapat menghirup udara bersih dan minum air yang sehat.
Jalan yang Tidak Mudah
Tentu saja, mewujudkan visi 2045 bukan pekerjaan ringan. Jalan menuju Indonesia emas penuh onak dan duri. Kita harus berani melawan tiga musuh besar bangsa: korupsi, perampokan, dan keserakahan.
Pertama, korupsi adalah pengkhianatan terhadap bangsa. Setiap rupiah yang dikorupsi adalah sebutir beras yang hilang dari mulut anak miskin. Penegakan hukum harus benar-benar ditegakkan tanpa memandang bulu.
Kedua, perampokan adalah belenggu yang membunuh pelan-pelan. Pendidikan harus menjadi prioritas utama. Bukan sekedar membangun gedung sekolah, tapi juga membangun sistem pendidikan yang merangsang kreativitas, berpikir kritis, dan mencetak generasi unggul.
Ketiga, keserakahan adalah dosa struktural yang membuat hancur lingkungan dan rakyat sengsara. Keserakahan korporasi, keserakahan penguasa, bahkan keserakahan individu harus dibatasi dengan kekuatan yang adil dan keberanian moral.
Peran Generasi Muda
Harapan terbesar ada pada generasi muda. Mereka yang kini duduk di bangku sekolah atau kuliah akan menjadi pemimpin di tahun 2045. Oleh karena itu, anak muda harus dibekali dengan semangat kritis, idealisme, dan cinta tanah air yang tulus.
Generasi muda tidak boleh larut dalam euforia digital semata. Media sosial, teknologi, dan AI memang membuka peluang, tetapi juga membawa risiko alienasi dan manipulasi. Anak muda harus cerdas memilah informasi, kritis terhadap kekuasaan, dan berani menyuarakan kebenaran.
Sejarah menunjukkan, kemerdekaan Indonesia lahir dari anak-anak muda. Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, Reformasi 1998 – semuanya digerakkan oleh energi muda. Maka, tahun 2045 pun hanya bisa tercapai jika anak-anak muda hari ini berani bermimpi, berani bertindak, dan berani melawan ketidakadilan.
Selamatkan Indonesia Jaya
Mengapa saya memilih kata selamatkan? Karena saya percaya Indonesia memang harus menyelamatkan arus yang bisa menenggelamkannya. Diselamatkan dari korupsi yang membusukkan tubuh bangsa. Diselamatkan dari ketidakadilan yang bisa memecah belah. Diselamatkan dari keserakahan yang menggerogoti bumi.
Namun penyelamatan ini tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah. Rakyat, intelektual, seniman, wartawan, petani, buruh, pengusaha, pelajar – semua punya peran. Menyelamatkan Indonesia berarti menyelamatkan masa depan kita sendiri.
Indonesia bukan sekadar tanah dan laut. Indonesia adalah rumah besar, tempat jutaan cerita lahir. Jika rumah ini hancur, kita semua kehilangan. Jika rumah ini berdiri kokoh, kita semua akan terlindungi.
Menuju Martabat Luhur
Seratus tahun merdeka bukan sekadar pesta besar dengan kembang api dan parade. Seratus tahun merdeka harus menjadi momen untuk menatap dunia dengan kepala tegak: inilah Indonesia, bangsa yang merdeka, berdaulat, adil, makmur, sekaligus bermartabat.
Martabat bukan sekadar soal ekonomi atau teknologi, tetapi tentang nilai. Tentang kejujuran, keadilan, gotong royong, dan keberanian. Martabat adalah ketika bangsa ini dihormati karena integritasnya, bukan karena jumlah uang atau senjatanya.
Di titik itulah, Indonesia benar-benar akan menjadi jaya. Jaya bukan karena memuaskan diri sendiri, tetapi karena keberadaannya membawa manfaat bagi dunia. Jaya karena mampu memberi contoh bahwa bangsa besar bisa hidup dengan adil, sejahtera, dan damai.
Piagam 2045
Maka, seratus tahun Indonesia merdeka harus kita siapkan sejak sekarang. Jangan menunggu, jangan menunda.
Mari kita rumuskan Piagam 2045 Indonesia Jaya:
•Menegakkan keadilan sebagai landasan bangsa.
•Melawan korupsi sebagai musuh bersama.
•Mencerdaskan generasi menjadi amanah.
•Menjaga bumi sebagai titipan.
•Mengangkat martabat bangsa sebagai tujuan luhur.
Dengan demikian, janji 17 Agustus 1945 tidak akan tinggal diam, melainkan menjadi kenyataan.
Selamatkan Indonesia Jaya, Indonesia Terkebaikan dan Nilai Luhur! ***
JAKARTA, 1 Oktober 2025