KEKECEWAAN, ETANOL DALAM BBM
Oleh : Girarda
Pemerhati Sosial
Baru-baru ini tersiar kabar penolakan SPBU Shell, AKR-BP, Vivo menolak untuk melakukan pembelian BBM dari Pertamina karena adanya kandungan etanol 2,5 %. Sebagai konsumen penulis terperanjat kok baru tahu sekarang dalam BBM Pertamina ada kandungan etanol.
Sudah berapa lama praktek seperti ini dilakukan. Padahal ada 168 juta kendaraan di Indonesia dengan 80% berupa kendaraan roda dua. Kenapa yang menemukan hal tersebut justru pihak lain/asing. Kenapa selama ini tidak ada publikasi resmi dari Pertamina atau Lembaga Konsumen tentang kandungan etanol BBM Pertamina ini.
Tentu saja model bisnis ini tidak bagus bagi reputasi Pertamina khususnya dan Indonesia umumnya, dengan kemudahan akses informasi dan era keterbukaan. Masih mendingan penjual tempe di pasar tradisional yang terus terang akan bilang tempe ini dibuat beberapa hari yang lalu, sudah tidak bagus. Cara bisnis yang amanah, jujur, menyampaikan yang tidak terlihat oleh konsumen dengan benar tanpa manipulasi.
Penulis jadi teringat pengalaman pribadi beberapa tahun yang lalu waktu kendaraan roda dua sering mogok. Setelah perbaikan sana-sini kirimkan ganti filter bensin karena terjadi endapan semacam lendir, nah ada kandungan air dong. Sekarang baru tahu bahwa etanol itu berkawan karib dengan udara dan lebih korosif dibandingkan minyak. Waktu dicampur dengan minyak ada risiko tidak menyatu dengan sempurna. Waktu terpisah lama-lama mengendap di dasar tangki, dan bila ikut masuk dalam proses pembakaran mesin bisa brebet. Memang kabarnya penambahan etanol bisa menambah nilai oktan, tapi juga membuat mesin tambah panas.
Setelah didera kasus pertamax rasa pertalite sekarang etanol sebagai campuran, saatnya Pertamina khususnya dan pemerintah umumnya berbenah diri. Berbisnislah yang amanah. Berikan informasi yang jujur dan terbuka tentang kandungan dalam BBM yang dijual, serta jangan mengurangi takaran. Sediakan produk bermutu dengan spesifikasi kelas dunia tanpa ada yang ditutup-tutupi juga dengan takaran yang tepat. Janganlah berbisnis dengan cara curang. Kami cinta produk-produk Indonesia.
