ENERGYWORLD.CO.ID – Lapangan Senoro dan Lapangan Donggi-Matindok adalah penghasil gas bumi Indonesia yang terletak di kabupaten Banggai, provinsi Sulawesi Tengah.
Di samping itu, sejumlah kondensat juga dihasilkan oleh lapangan2 tsb. Donggi-Senoro sudah mulai dapat mengirimkan LNG tahun 2015 dan Matindok mulai 2017.
Itu merupakan sebagian dari proyek hulu migas yang berhasil dituntaskan pada tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo. Lapangan-lapangan tersebut operatornya adalah JOB Tomori (Pertamina HE dan Medco) dan Pertamina EP, dan merupakan bagian dari penghasil penerimaan negara dari migas untuk APBN kita.
Semua proyek hulu migas merupakan langkah nyata untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lapangan Gas Senoro dan Lapangan Gas Donggi-Matindok memiliki peran penting dalam mendukung produksi gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) Indonesia.
Dua lapangan ini memasok gas kepada Kilang LNG Donggi-Senoro, kilang LNG keempat di Indonesia.Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meresmikan pengapalan perdana kargo LNG dari Kilang Donggi Senoro LNG pada 2 Agustus 2015. Kilang LNG Donggi Senoro berlokasi di Banggai, Sulawesi Tengah.
Kehadiran proyek LNG di kawasan ini memberikan harapan baru bagi pengembangan wilayah yang masih belum berkembang secara ekonomi ini.
Tentunya, hal ini tidak terlepas dari kontribusi dua proyek hulu migas: Lapangan Senoro dan Lapangan Donggi- Matindok. Lapangan Gas Senoro berlokasi di Kecamatan Batui dan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
Lapangan Gas Senoro mengoperasikan satu Central Processing Plant (CPP) dengan kapasitas produksi gas sebesar 310 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Fasilitas ini dibangun dengan investasi mencapai US$1,2 miliar.
Lapangan Gas Senoro dari atas. Fasilitas ini diproyeksi menjadi proyek infrastruktur gas terbesar di Sulawesi. Lapangan Gas Senoro mengoperasikan 12 sumur produksi dan 2 sumur water disposal.
Lapangan Gas Senoro mulai menyalurkan gas untuk Kilang LNG Donggi Senoro pada bulan Oktober 2014. Sesuai kesepakatan, Lapangan Gas Senoro akan menyalurkan 250 MMSCFD gas kepada kilang LNG Donggi Senoro.
Gas dari Lapangan Senoro juga disalurkan kepada PT PLN (Persero) dan produsen amonia PT Panca Amara Utama. Selain menghasilkan gas, Lapangan Senoro juga memproduksi kondensat.
Lapangan Gas Senoro dioperasikan oleh Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori).
Donggi-Matindok Banggai, Sulawesi Tengah
Lapangan ini berjarak 125 kilometer dari Kota Luwuk. Lapangan ini mengoperasikan dua Central Processing Plant (CPP), yaitu CPP Donggi dan CPP Matindok.
Total kapasitas dua CPP ini akan menghasilkan gas sekitar 105 MMSCFD dan kondensat sekitar 850 barel per hari. Investasi untuk membangun dua fasilitas ini mencapai US$762 juta. Lansekap CPP Donggi di saat senja menjelang.
CPP Donggi mencakup 8 sumur produksi dan 1 sumur injeksi air. Fasilitas ini mulai beroperasi pada April 2016 dengan rata-rata penjualan gas sebesar 54 MMSCFD. CPP Matindok terlihat dari angkasa.
CPP Matindok mencakup 7 sumur produksi dan 1 sumur injeksi air. Fasilitas ini mulai beroperasi pada April 2017 dengan produksi sebesar 39 MMSCFD. Saat ini fasilitas ini sedang dalam masa uji coba (commissioning) untuk penyaluran gas ke Kilang LNG Donggi Senoro. Pasokan gas dari CPP Donggi dan CPP Matindok sudah terkontrak dengan PT Donggi Senoro LNG sebesar 85 MMSCFD dan dengan PT PLN (Persero) sebesar 20 MMSCFD.
CPP Donggi dan CPP Matindok memiliki fasilitas lengkap untuk melakukan proses pemurnian gas mengingat gas yang dihasilkan di wilayah Banggai ini memiliki tingkat impurities (kandungan lain) yang cukup tinggi.
Lapangan Donggi-Matindok dioperasikan oleh PT Pertamina EP dengan merekrut tenaga kerja lokal melalui seleksi yang ketat. Dalam menjalankan operasinya di Lapangan Donggi-Matindok, PT Pertamina EP menggagas sejumlah kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Program ini mencakup pendidikan, infrastruktur, kesehatan, dan lingkungan.
Salah satu program pendidikan yang digagas di sekitar Lapangan Donggi- Matindok adalah pelatihan welder (juru las) lokal yang sudah diberikan kepada 48 orang warga setempat.
Dari sisi infrastruktur, program yang dijalankan salah satunya adalah perbaikan jalan usaha tani sepanjang 4.2 kilometer.
PT Pertamina EP juga melakukan perbaikan jalan provinsi dan kabupaten sepanjang 17,6 kilometer (Tugu-Toili-Donggi).
PT Pertamina EP juga menjalankan program pelestarian Burung Maleo yang merupakan satwa endemik Sulawesi Tengah.
Kehadiran proyek hulu migas seperti Lapangan Senoro dan Lapangan Donggi-Matindok di daerah yang relatif terpencil akan mempercepat pembangunan di kawasan tersebut.
Proyek- proyek ini tidak hanya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), tetapi juga mendorong pengembangan infrastruktur dan menumbuhkembangkan industri-industri lain yang menggerakkan ekonomi daerah.
Suasana Jetty Lapangan Gas Senoro di saat malam hari
CSR
Selain menjalankan kegiatan operasi, JOB Tomori juga menjalankan sejumlah program tanggung jawab sosial yang meliputi empat kategori, yaitu peningkatan kualitas pendidikan, ekonomi, pemberdayaan perempuan dan anak, serta perlindungan lingkungan.
Semua kegiatan ini dijalankan dengan menghargai kearifan lokal. JOB Tomori menjadi satu-satunya perusahaan yang melakukan transplantasi karang sebagai program tanggung jawab sosialnya.
Kegiatan “Ayo Membaca” di rumah Pemberdayaan Ibu dan Anak.
Lapangan juga Senoro memberdayakan operator- operator lokal. Mereka sebelumnya disekolahkan di STEM Akamigas Cepu dan direkrut setelah menjadi lulusan terbaik.
Lifting kondensat dilakukan melalui fasilitas jetty ini.