Home Biogas Tumbangnya Hin Leong Trading Atas Gelombang Covid-19

Tumbangnya Hin Leong Trading Atas Gelombang Covid-19

1325
0
Hin Leong (foto The Straits Times)

ENERGYWORLDINDONESIA – Ini kabar soal pedagang minyak asal Singapura, Putra pendiri Hin Leong Trading Pte Ltd, telah mengaku menyembunyikan kerugian sekitar US$ 800 juta dalam perdagangan berjangka.

Hin Leong adalah perusahaan taipan Cina legendaris yang didirikan Lim Oon Kuin pada tahun 1963 dan telah berkembang menjadi salah satu pemasok bahan bakar atau bunker terbesar di Asia.

Hin Leong Trading (Pte) Ltd. seperti dikutip Bloomberg adalah salah satu kekuatan terbesar dan paling rahasia di dunia perdagangan bahan bakar minyak, namun saat ini menunjukkan dampak penurunan cukup dramatis minyak sepanjang tahun ini. Serta konsekuensi perang harga Arab Saudi – Rusia daalam masa pandemi virus corona.

Harga minyak telah runtuh karena virus korona menghancurkan permintaan. Lim Chee Meng, putra tunggal Lim Oon Kuin mengatakan, perusahaan ini juga menjual beberapa juta barel produk olahan yang telah digunakan sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman dari bank-banknya, mengutip Bloomberg email 17 April yang dikirim oleh afiliasi pengiriman Hin Leong.  Dalam email juga memberi tahu pihak penerima tentang proses moratorium telah diusulkan.

Akibat perusahaan Hin Leong, menghadapi kekurangan yang signifikan antara stok minyak dipegang dan persediaan yang dijaminkan ke bank-banknya. Itu berpotensi kerugian besar bagi bank-bank yang memberikan pinjaman miliaran dollar kepada pedagang sebagai jaminan.

Lim Oon Kuin, Founder Hin Leong Trading (Foto FORBES)

Masalah lainnya Hin Leong menghantam komunitas perdagangan komoditas di Singapura, pusat terbesar setelah Jenewa, London dan Houston. Selama tiga tahun terakhir, negara ini telah melihat jatuhnya dua nama besar lainnya di industri ini Noble Group dan Agritrade,  pedagang nakal yang menyebakan jutaan kerugian.

Putranya Lim Oon Kuin yang juga dikenal dengan panggilan Evan Lim, mengatakan tidak mengetahui alasan kerugian selama beberapa tahun. Dan ayahnya telah menginstruksikan departemen keuangan Hin Leong untuk menghilangkannya dari laporan keuangannya, menurut sumber yang mengetahui email yang dikirim oleh Ocean Tankers (Pte.) Ltd., ditandatangani putra dan saudara perempuannya Lim Huey Ching.

Baik putra maupun ayah tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar pada hari Minggu. Tidak ada yang menanggapi panggilan atau email ke Hin Leong atau Ocean Tankers mencari komentar. Seorang juru bicara untuk Rajah dan Tann, salah satu penasihat Hin Leong, mengatakan perusahaan ini tidak dapat berkomentar karena masalahnya ada di pengadilan, begitu tulis berita itu.

Hin Leong dan Ocean Tankers keduanya mengajukan perlindungan pengadilan dari kreditor pada hari Jumat karena mantan berjuang untuk membayar utangnya. Kedua perusahaan tersebut sepenuhnya dimiliki oleh keluarga Lim.

Kesulitan keuangan pedagang telah mengguncang komunitas perdagangan di Singapura. Ini meningkatkan spekulasi perusahaan swasta itu bisa menjadi korban terakhir dari kejatuhan bersejarah dalam harga minyak yang dipicu oleh virus corona.

Hin Leong membukukan ekuitas positif US$ 4,56 miliar dan laba bersih US$ 78 juta pada periode yang berakhir 31 Oktober, menurut orang-orang, yang meminta untuk tidak diidentifikasi seperti dikutip Bloomberg. Tapi Hin Leong mengatakan kepada kreditur bulan ini total kewajiban mencapai US$ 4,05 miliar pada awal April, sementara aset hanya US$ 714 juta. Atau menyisakan lubang setidaknya US$ 3,34 miliar, menurut screenshot dari presentasi kepada sekelompok bankir yang dilihat oleh Bloomberg News .

Neraca Hin Leong tidak menunjukkan ekuitas sama sekali pada 9 April 2020, dan angka yang diperoleh dari perusahaan harus diverifikasi. Akun terbaru Hin Leong Trading, tahun buku berakhir pada 31 Oktober 2019, diaudit Deloitte & Touche LLP. Auditor tidak menunjukkan ada masalah apa pun, menurut orang yang mengetahui masalah tersebut. Juru bicara dari kantor Deloitte di Singapura tidak dapat dihubungi di luar jam kerja normal, atau pada hari Minggu.

Perusahaan ini mengatakan kepada kreditur bahwa ia hanya memiliki inventaris produk minyak senilai US$ 141 juta, dibandingkan dengan US$ 1,28 miliar yang dinyatakan dalam pernyataan audit pada Oktober 2019. Hin Leong hanya memiliki US$ 50 juta tunai pada April 2020, dibandingkan dengan US$ 461 juta pada Oktober 2019.

Putra Lim mengatakan ayahnya menjual sebagian besar persediaan perusahaan, bahkan ketika saham-saham itu digunakan sebagai jaminan pinjaman bank, menurut orang-orang. Akibatnya, terjadi kekurangan besar persediaan minyak dibandingkan dengan jumlah yang telah dijaminkan untuk mengamankan jalur kredit.

PERTAMINA & HIN LEONG TRADING

SEjumlah data menyebutkan bisnis migas global sedang megap-megap akibat kehancuran harga minyak mentah. Kabar getir datang dari Singapura. Hin Leong Trading (Pte) Ltd, salah satu trader minyak yang cukup familiar di Negeri Merlion menderita kerugian hingga US$ 800 juta setara Rp 12,40 triliun (kurs Rp 15.500 per dollar AS). Ada yang menarik terkain Hin Leong yang ternyata Hin Leong pernah melakukan transaksi dengan PT Pertamina (Persero).

Setidaknya ada dua transaksi antara Pertamina dan Hin Leong yang berlangsung pada tahun lalu. Mengutip pertamina.com, perusahaan migas pelat merah ini melakukan transaksi berupa impor BBM dan ekspor produk minyak dengan Hin Leong.

Nama Hin Leong mencuat setelah dilaporkan menderita kerugian US$ 800 juta. Belakangan diketahui Hin Leong juga menjual beberapa juta barel produk olahan minyak yang digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman dari perbankan.

Saat ini, Hin Leong sedang mengajukan penangguhan pembayaran utang kepada krediturnya. Bloomberg melaporkan, Hin Leong memiliki utang hampir US$ 4 miliar kepada lebih dari 20 bank, termasuk HSBC Holdings Plc. Hin Leong bukan satu-satunya trader minyak yang megap-megap. Sebelumnya dua nama besar di industri migas, Noble Group dan Agritrade, juga sedang diambang kolaps.

Lim Oon Kuin awalnya membangun perusahaan awalnya sebagai dealer minyak dengan armada  truk, kemudian berkembang menjadi Trader oil terbesar di Asia Tenggara, dengan menguasai asset 130 kapal tanker, terminal minyak, storage/bunker untuk menjamin suplai Refinery. Bunkering arm perusahaan, Ocean Bunkering Services, menduduki peringkat pemasok bahan bakar ketiga terbesar di Singapura tahun lalu, Singapura adalah pusat pengiriman bahan bakar terbesar di dunia.

Erizeli Bandaro, menulis panjang soal Hin Leong ini dimana disebutkan bahwa bagi orang Indonesia nama Hin Leong tidak asing. Karena keberadaan Petral sebelum dibubarkan oleh Jokowi, praktis yang menjamin likuiditas Petral Trading Arm adalah Hin Leong. Mitra Petral di Indonesia yang punya akses politik mendapatkan kontrak impor BBM dan Crude. Mereka tanpa modal dapat fee dari Hin Leong atas setiap pengiriman minyak ke Indonesia. Sejak kehilangan kotrak dengan PETRAL dan kemudian masuk tahun 2018 dimana harga minyak volatile di market membuat Hin Liong tekor. Tahun lalu dia kalah dalam trading future USD 800 juta. 50% stok minyaknya menyusut akibat harga miyak jatuh di pasar. Sebagai perusahaan Publik Hin Liong berhadapa dengan masalah hukum. Karena melakukan akunting fraud.

“Sementara stok yang ada terpaksa dijual dengan harga 30% dari harga perolehan. Itupun hanya terkumpul uang sebesar USD. 1,136 miliar. Masih jauh untuk bisa lunasi hutang sebesar USD 3 miliar. Bulan April 2020, konsorsium 10 bank yang merupakan kreditur Hin Leong, terdiri dari  HSBC Holdings, DBS Group Holdings dan OCBC Bank mengadakan pertemuan tertutup untuk membahas masa depan Hin Leong. Hasilnya bukan solusi pembiayaan, malah bank bank tersebut menghentikan fasiltas LC bagi Hin Leong. Semua tahu, jantung dari Trader oil adalah likuiditas LC. Kalau sudah tidak bisa lagi dapatkan fasilitas LC dari bank, itu artinya lonceng kematian,” tulis Erizeli Bandaro dalam erizeli.aboutbusiness.info

Erizeli juga menambahkan Bad news tentang Hin Leong tentu mengejutkan komunitas keuangan dan perdagangan Singapura ketika Hin Leong – salah satu perusahaan perdagangan minyak terbesar yang telah berdiri hampir 60 tahun – runtuh dan masuk ke dalam pengawasan administrasi pemerintah.
Hin Leong adalah salah satu korban ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang diciptakan oleh pandemi Covid-19. Kemerosotan permintaan global mendorong harga minyak berjangka AS turun ke $ 0 dan kemudian ke wilayah negatif karena para pedagang berebut untuk membayar penyimpanan minyak mereka daripada menerima pengiriman fisik seperti yang terjadi dalam kondisi perdagangan normal. Futures pada patokan West Texas Intermediate untuk pengiriman Mei berpindah tangan awal minggu pertama April pada $ 37,63 negatif per barel sebagai titik paling ekstrim dari kejatuhan harga minyak.

Harga minyak negatif menghancurkan neraca keuangan Hin Leong tetapi keruntuhannya mempertanyakan status Singapura sebagai pusat perdagangan komoditas global bersama Houston, London dan Jenewa karena kekhawatiran akan regulasi yang longgar dan kemungkinan korupsi. Pemerintah Singapore sedang melakukan investigasi atas kebangrkutan Hin Leong. Karena terindikasi melakukan fraud atas perdagangan future, yang kerugiannya tidak dilaporkan kepada otoritas. Dan hebatnya Laporan keuangannya mendapat disclaimer dari Deloite yang merupakan akuntan paling bonafid di dunia. Setidaknya dunia jadi tahu, bahwa sistem perdagangan minyak di AS, London dan Singapore memang penuh dengan kospirasi dan korup. Corona menyingkap kebobrokan yang sudah lama ditutupi.Kasus dilaporkan Bloomberg pertama kali bahwa kesulitan keuangan Hin Leong 10 April setelah beberapa pemberi pinjaman menarik jalur kredit dari Hin Leong khawatir atas kemampuan Leong membiayai utangnya. Utang Hin Leong hampir US$ 4 miliar kepada lebih dari 20 bank termasuk HSBC Holdings Plc.

Lim Oon Kuin, banyak dikenal orang di industri ini sebagai OK Lim, akan mengundurkan diri dari semua peran eksekutif di Hin Leong, Grup Xihe dan perusahaan terkait pada 17 April, menurut sumber Bloomberg. |DBS/RED-EWINDO

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.