Ekonom Senior Institute for Development of Economics (Indef) Faisal Basri memperkirakan kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan berlanjut hingga kuartal I-2021. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi lebih lama dibandingkan negara-negara berkembang lainnya.
“Pertumbuhan ekonomi kita baru positif pada kuartal II-2021. Jadi pada kuartal I-2021 kita masih minus,” kata Faisal dalam webinar Indef, Kamis (26/11).
Menurut Faisal, masih terkontraksinya ekonomi diakibatkan oleh penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan Indonesia tidak maksimal. Pemerintah disebut terus melakukan trial dan error serta terlalu menitikberatkan pada ekonomi.
Di sisi lain, jumlah testing Covid-19 di Indonesia masih berada di angka 19.735 per satu juta penduduk per hari. Sehingga, kata Faisal, berat untuk menunggu vaksin dan tidak melakukan apa-apa.
Penyebaran pandemi yang tidak terkendali ini, lanjutnya, juga membuat respons kebijakan ekonomi pemerintah tidak memberikan dampak yang signifikan. Selain itu, konsumsi masyarakat juga belum bergerak, yang terlihat dari menumpuknya dana pihak ketiga (DPK) perbankan.
“Ini membuktikan kepercayaan kepada pemerintah dalam menangani virus relatif rendah karena trial dan error terus,” ujar dia.
Faisal meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan mengalami kontraksi pada kuartal I-2021 sebesar minus 0,7%. Dia melihat Indonesia baru akan melewati gelombang pertama pandemi Covid-19 setidaknya pada Februari 2021. Dus, pada kuartal II-2021, Faisal memperkirakan ekonomi Indonesia bisa pulih dengan tumbuh positif 1,4%.
“Solusinya kembali, kendalikan virus. Ini akan secara otomatis membantu ekonomi untuk tumbuh positif,” tuturnya. (AL/RED)