Home Kolom Omon Omon Direktorat Penanganan Resiko Utang Pertamina, Bisakah Mengatasi Utang Segunung

Omon Omon Direktorat Penanganan Resiko Utang Pertamina, Bisakah Mengatasi Utang Segunung

100
0

Omon Omon Direktorat Penanganan Resiko Utang Pertamina, Bisakah Mengatasi Utang Segunung

Oleh : Salamuddin Daeng

Baru baru ini Pertamina membentuk direktorat baru yakni direktorat manajemen resiko. Apa maksudnya? Sudah begitu besarkah resiko keuangan yang dihadapi Pertamina? Apakah utang pertamina sudah berada pada level yang sangat membahayakan? Direktorat baru akan diisi para ahli utang agar Pertamina tetap bisa dapat utang baru buat bayar utang?

Utang pertamina naik significant dalam lima tahun terakhir, tahun 2022 utang Pertamina mencapai 50,596 miliar dolar atau Rp. 809,5 triliun (kurs 16 ribu/usd), naik dari 35,108 miliar dolar atau Rp. 491,5 triliun pada tahun 2018 (kurs rata rata 14.000/Usd) naik 65%. Utang Pertamina telah mencapai 58% dari total aset perusahaan. Apa yang telah dibangun pertamina dengan utang yang sebentar lagi mendekati 1000 triliun tersebut? Kita tunggu laporan keuangan tahun 2023.

Banyak utang boleh boleh saja menurut pandangan pengusaha, tapi utang itu menjamin pengusaha meraih masa depan gemilang yakni utang akan memperbesar aset, memperkaya perusahaan, dan setiap utang akan melipatgandakan pendapatan dan keuntungan.

Lalu bagaimana dengan Pertamina? Bisakah perusahaan migas ini membayar utang utangnya saat dunia sedang giatnya melakukan transisi energi. Dunia sedang bersiap mengakhiri minyak. Kalangan ahli memperkirakan era minyak jika digambarkan maka _10 tahun terlalu cepat tapi 20 tahun terlalu lama._ Sementara Pertamina paling cepat dalam melunasi utang, jika seluruh laba dialokasikan semua untuk bayar utang maka butuh waktu 15 tahun lamanya.

Padahal kita tau tidak mungkin semua laba dialokasikan untuk bayar utang. Karena sebagian saham anak perusahaan Pertamina sudah dimiliki swasta misalnya Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pertamina Geotermal Energi (PGE). Kemungkinan ke depan anak anak perusahaan Pertamina juga akan di miliki swasta.

Selain itu walaupun Pertamina mencatat untung, tapi sebagian pendapatan itu berasal dari subsidi dan konpensasi dari pemerintah. Sebanyak 70 persen piutang pemerintah belum dibayarkan saat ini. Jadi dalam catatan ada uangnya tapi itu bisa jadi hanya piutang yang ada di tangan pemerintah. Ada juga pendapatan yang berasal dari kontrak kontrak yang belum selesai.

Jika Pertamina adalah bagian dari negara yang telah berkomitmen terhadap transisi energi, maka harusnya memandang bahwa aset nya sekarang adalah beban. Aset aset minyak sekarang harus dimusnahkan perlahan lahan sembari mengembangkan aset aset dalam menopang energi terbaharukan. Misalnya pertamina harus ikut menanam tanaman energi dan mengembangkan fasilitas energi terbaharukan dan mengurangi ekplorasi dan eksploitasi hulu migas. Tapi apa mungkin hal itu dilakukan? Jika aset Pertamina senilai 87,8 miliar dolar adalah beban yang akan bernilai nol dimasa depan?, bagaimana membayar utang utang 50,6 miliar dolar? Ya ini resiko Teteh.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.